Baby. 38

25.7K 1.9K 260
                                    

"Siapa? Mengapa kau menerima panggilan tadi dengan keluar ruangan?" Tanya JJ.

Kanza ragu, sangat ragu untuk menjawab jujur pada JJ.

🍼🍼🍼🍼🍼

"Kanza?" Tanya JJ lagi.

"Ah tidak apa, bukan orang penting." Sahut Kanza tersenyum.

JJ hanya diam menatap Kanza, membuat gadis itu akhirnya menghela napas panjang dan menyerah pada prianya.

"Ehm....ta...tadi itu....mmm....i...itu....itu Victor." Ucap Kanza dengan cemas.

JJ masih tetap diam menatapnya.

"Ehm....Victor Ginsburg." Lanjut Kanza lagi dan masih cemas menunggu reaksi JJ.

"Jadi kau tinggal disana?" Tanya JJ dan Kanza mengangguk, masih cemas menatap JJ.

JJ mendadak memejamkan matanya lagi tanpa bereaksi apapun, semakin membuat Kanza cemas dan bingung.

"JJ, apa kau marah?" Tanya Kanza, JJ hanya tetap memejamkan matanya dan diam.

"Tidak." Sahut JJ singkat tanpa membuka matanya.

Kanza menjadi semakin bingung dengan sikap JJ, beberapa kali dia menatap JJ tapi pria itu tetap memejamkan mata,  akhirnya Kanza hanya bisa menghela napas panjang. Kanza bingung harus bagaimana dan berkata apa pada JJ saat ini. Kanza akhirnya memilih untuk duduk di sofa panjang.

"Apa hakku untuk marah jika kau dekat dengan pria lain? Aku bukan lagi kekasihmu, meskipun aku memang marah dan ingin sekali membunuh si brengsek itu! Dia selalu ingin bersaing denganku!"
Batin JJ menahan segala emosinya.

JJ terus diam dan memejamkan matanya, menahan rasa marahnya pada si brengsek Victor.

Sophia kembali datang ke ruangan itu untuk membawakan makan malam bagi Kanza.

"Kanza, apa JJ kembali tidur?" Tanya Sophia dengan suara berbisik.

"Sepertinya begitu." Sahut Kanza sambil melongok ke tempat tidur JJ.

"Kalau begitu kau makanlah dulu, kasihan anakmu pasti sudah sangat kelaparan, setelah ini kita akan pulang ke mansion Leventine." Ucap Sophia.

"Lalu siapa yang akan menjaga JJ disini, Oma?" Tanya Kanza.

"Dom sedang perjalanan kemari. Dia yang bertugas menjaga JJ setiap malam." Sahut Sophia. Kanza mengangguk paham dan tenang.

🍼🍼🍼🍼

Pagi hari, JJ sudah dipindahkan ke ruang perawatan private, tak lagi di ruangan ICU. Alat bantu pernapasannya juga sudah dilepaskan, hanya tersisa infus saja. Secepat itukah? Ya JJ pulih cepat dan kuat dalam semalam, hanya karena kehadiran Kanza.

Dom membantu JJ mengatur posisi tempat tidur menjadi setengah duduk.

"Jadi kau bangun karena gadis itu sudah datang?" Tanya Dom dengan senyum penuh arti.

"Tidak juga, mungkin memang sudah waktunya aku bangun, karena aku merasa harus menghajar seseorang." Sahut JJ

"Kak, kau ini belum juga sehat sudah ingin menghajarku saja!" Protes Dom.

"Siapa yang ingin menghajarmu?! Lagipula kenapa aku harus menghajarmu?!" Tanya JJ ketus

"Lalu kau ingin menghajar siapa? Gadis itu?" Dom balik bertanya.

"Victor. Aku harus menghajarnya karena dia sudah berani mendekati Kanza." Sahut JJ dan Dom hanya berdecak kesal.

"Sepertinya keluargamu justru harus berterima kasih pada kak Victor, bahkan memberinya hadiah yang sangat layak. Berkat usahanya mendekati Kanza, akhirnya bisa mengembalikan nyawamu." Ucap Dom

Baby ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang