Baby. 43

20.6K 1.6K 119
                                    

Victor terus merutuki kebodohan Kanza yang tidak percaya pada ucapannya.

"Aku harus bisa menyakinkan Kanza, bahwa tuan muda hanya menginginkan anak dalam kandungannya saja. Aku akan buktikan bahwa saat anak itu tidak ada lagi di perut Kanza, tuan muda pasti akan membuang Kanza." Batin Victor.

🍼🍼🍼🍼🍼

Pagi ini JJ sudah diijinkan untuk keluar dari rumah sakit, karena kondisinya sudah sangat membaik, hanya bekas luka jahitan di tangannya saja yang harus tetap dijaga dan diperiksa seminggu sekali.

"Mom, aku dan Kanza ingin ke dokter kandungan disini sebelum pulang. Dari awal Kanza belum pernah memeriksakan kandungannya." Ucap JJ pada Anabella yang datang menjemput pagi ini.

"Ide yang sangat bagus , kalian pergilah.  Mommy dan Oma akan menunggu disini, tidak perlu tergesa-gesa, kami selalu sabar menunggu kalian." Sahut Anabella dengan senang.

JJ dan Kanza pun segera keluar dari ruang perawatan JJ dan menuju ke bagian klinik kandungan. Mereka sungguh terlihat seperti pasangan suami istri yang sangat serasi, berjalan di rumah sakit dengan mesra nya membuat iri banyak ibu hamil lainnya yang juga masih mengantri di klinik itu.

"Anak pertama ya?" Sapa seorang ibu saat Kanza baru saja duduk disampingnya.

"Iya." Sahut Kanza dengan canggung.

"Kalau masih anak pertama masih selalu dimanja sama suaminya, coba kalau sudah anak kelima seperti saya ini, pasti sudah ke klinik sendiri dan mengatur semuanya sendiri." Sindir ibu tadi, entah apa maksudnya namun Kanza hanya tersenyum.

"Itu hanya berlaku untuk suami nyonya saja! Tapi tidak bagiku! Aku akan selalu menemani dan memanjakan istriku meski dia hamil anak kesepuluh kami!" Sahut JJ dengan arogan.

"Ssstt...JJ!" Tegur Kanza sambil menggelengkan kepalanya memberi tanda supaya JJ tidak perlu meladeni ucapan ibu itu.

"Biarkan saja! Memang aku akan selalu menemanimu dan memanjakanmu meski kau sudah hamil yang kesepuluh nantinya! Jangan samakan suaminya yang tidak bertanggung jawab itu denganku! Mungkin saja suaminya bahkan sekarang sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya!" Ucap JJ semakin memancing keributan dengan ibu di samping Kanza.

"Maaf ya Bu, maaf." Ucap Kanza pada ibu tadi, lalu segera berdiri dan mengajak JJ pindah lebih jauh dari ibu tadi.

"Kenapa harus pindah?!" Protes JJ.

"Sudahlah, jangan membuat keributan, lagipula dia jauh lebih tua dari kita, tidak baik melawan orang yang lebih tua." Sahut Kanza memberi pengertian tentang budaya timur, karena mereka sedang berada di Indonesia.

"Kau jangan dengarkan ibu tadi! Aku tidak akan berlaku seperti suaminya! Lagipula dia bodoh sekali! Kalau suaminya memang sudah tidak ingin anak lagi, kenapa dia masih mau hamil lagi?! Dasar bodoh!" Rutuk JJ masih kesal dengan ibu tadi.

"Sebenarnya aku lebih bodoh dari ibu tadi, aku bahkan belum dinikahi olehmu tapi sudah mau hamil anakmu!" Keluh Kanza sambil menunduk dan memainkan jari-jarinya.

"Astaga Kanza! Besok kita menikah! Kalau perlu sepulang dari rumah sakit nanti siang kita langsung ke gereja dan menikah disana!" Sahut JJ menyakinkan Kanza.

"Iya, iya, orang kaya sih bebas melakukan apapun!" Kesal Kanza malas berdebat dengan pria itu, lalu memilih diam.

"Apa kau marah padaku?" Tanya JJ setelah sekian menit Kanza hanya diam saja.

"Sudahlah jangan terlalu banyak bicara, sebentar lagi giliran kita masuk. Aku sangat gugup." Sahut Kanza lalu JJ pun segera merangkul pundak Kanza dan membawa kepalanya bersandar di dada JJ.

Baby ELWhere stories live. Discover now