Baby. 49

21.7K 1.6K 125
                                    

JJ bingung saat baru masuk ke ruangan Kanza, karena dia melihat Kanza sedang menangis, sedangkan waktu baginya sangat sedikit.

"Ada apa Kanza? Mengapa kau menangis? Apa Victor menyakitimu?" Tanya JJ cemas. Kanza hanya menggelengkan kepalanya.

"Lalu kenapa kau menangis?" Tanya JJ lagi sambil mengusap airmata di pipi Kanza.

JJ pun langsung membawa kepala Kanza ke dadanya, memeluk Kanza untuk menenangkan gadisnya.

"Tenang sayang, aku sudah disini bersamamu. Kau jangan takut." Hibur JJ mengusap lembut rambut Kanza.

"Maaf, waktu berkunjung hampir habis, mungkin bisa dilanjutkan saat Nona Kanza sudah dipindahkan ke ruang perawatan." Ucap seorang perawat.

Kanza pun melepaskan dirinya dari pelukan JJ dan mengusap airmatanya, segera menghentikan tangisannya.

"Dokter tadi mengatakan bahwa aku harus melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui kondisi rahimku." Ucap Kanza dan JJ dengan sabarnya mendengarkan tanpa menyela.

"Dokter ingin memastikan apakah aku masih bisa hamil lagi atau tidak, karena keguguran di usia sangat muda seperti aku ini, bisa berakibat aku sangat sulit bahkan tidak bisa untuk hamil lagi." Lanjut Kanza.

JJ benar-benar tetap tenang mendengarkan penjelasan Kanza mengapa dia menangis tadi. Ada rasa kaget yang besar bagai mendengar suara petir di siang hari, tapi JJ tetap tenang di hadapan Kanza.

Kanza menatap JJ yang hanya diam dengan ekspresi tetap tenang.

"JJ, kau adalah tuan muda keluarga Leventine. Keluargamu berharap banyak padamu, dan terutama dalam hal keturunan. Tapi aku....aku tidak bisa memberikan hal itu lagi padamu. Maaf, maafkan aku. Aku tak masalah jika kau ingin mencari wanita lain untuk menjadi istrimu, maafkan aku JJ." Ucap Kanza dan kembali menangis.

JJ membiarkan Kanza menangis, dia hanya menggenggam tangan Kanza dan menatapnya tanpa berkata apapun.

"Semua pria pasti akan menjauh jika tahu wanitanya tak bisa memberikannya keturunan. Tidak mudah untuk melepasmu JJ, tapi aku rela kau meraih kebahagiaanmu dengan wanita lain." Batin Kanza menunduk tak berani lagi untuk menatap JJ.

JJ tersenyum lalu mengecup telapak tangan Kanza dengan sangat mendalam.

"Hei, jangan menangis terus. Kau membuatku menjadi pria paling kejam karena saat bersamaku kau selalu menangis." Ucap JJ lembut dan kembali mengecup tangan Kanza.

"Aku sudah berjanji akan selalu membuatmu bahagia. Jadi aku tak menuntut apapun darimu. Kau yang seharusnya menuntut banyak padaku Kanza. Tentang keturunan Leventine, keluargaku masih memiliki twins yang bisa melahirkan banyak keturunan bagi Leventine. Aku mencintaimu, aku percaya kau gadis yang kuat, dan aku percaya aku pasti bisa punya keturunan darimu, asalkan kau mau membuatnya lagi bersamaku." Lanjut JJ tersenyum lebar dan Kanza kini mengangkat wajahnya menatap JJ dengan tatapan tak percaya.

"Kau tidak kecewa padaku? Kau tidak akan pergi meninggalkan aku?" Tanya Kanza bingung.

"Kenapa aku harus pergi darimu? Aku yang telah memintamu dari Tuhan, saat kau tidak sadar kemarin. Tuhan sudah memberikanmu, jadi aku harus lebih menjagamu dengan baik. Apa kau ingin aku pergi darimu?" Sahut JJ.

Kanza sungguh tak percaya ucapan itu keluar dari mulut seorang JJ. Pria yang terkenal arogan, selalu harus mendapatkan semua keinginannya dengan cara apapun, selalu over protektif terhadap miliknya, selalu sombong dan berbicara tanpa perasaan pada siapa saja. Pria yang sama itu kini terlihat sangat berbeda dari yang dikenal oleh semua orang di luar sana.

Kanza masih menatap tak percaya pada JJ, hingga tak mampu berkata apapun lagi dan justru menjadi menangis lagi.

"Astaga! Aku justru membuatmu menangis lagi, pantas saja kakek dan nenekmu tidak bisa menerimaku, karena mereka memang benar. Aku hanya bisa membuatmu menangis." Ucap JJ merasa bersalah.

Baby ELOnde histórias criam vida. Descubra agora