Baby. 52

20.1K 1.5K 78
                                    

Hari ini Kanza sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, setelah seminggu dia dipindahkan ke ruang perawatan.

"Aku ingin membawamu pulang ke mansion orang tuaku, tapi kakekmu pasti akan membunuhku." Keluh JJ saat bangun pagi ini.

"Kau masih bisa berkunjung setiap waktu, JJ." Sahut Kanza mengusap rahang JJ.

"Aku sudah kembali terbiasa sehari semalam penuh bersamamu. Saat kau sudah di rumah Opa Andres, aku pasti tak bisa bebas menemuimu, bahkan untuk menciummu pun mungkin aku harus mencuri kesempatan darinya." Ucap JJ membelai lembut bibir Kanza.

Kanza tersenyum menatap pria arogan yang sedang manja padanya saat ini.

"Kau seorang Leventine, tak akan ada yang bisa menghalangimu untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Aku yakin malam nanti aku masih akan tidur denganmu, meski aku sudah di rumah kakekku." Ucap Kanza sangat mengenal JJ.

"Ouh tidak... Aku tidak memiliki keberanian sebesar itu, jangan mengejekku." Sahut JJ.

"Dua hari lagi aku menjadi istrimu, bersabarlah hanya dua malam kita tidak tidur bersama." Ucap Kanza.

"Ouh... aku sungguh tak sabar menunggu hari itu. Apa kau suka dengan gaun pilihan mamaku?" Tanya JJ.

"Ya, aku sangat suka, gaunnya sangat indah sekali, selera mamamu sungguh tak diragukan." Sahut Kanza tersenyum lebar.

"Sebenarnya aku ingin kau memilih sendiri gaun pengantinmu yang sesuai keinginanmu." Ucap JJ

"Tak ada masalah dengan gaun nya, asalkan kau mempelai prianya." Sahut Kanza sambil mengecup bibir JJ sesaat lalu tersenyum.

JJ menatap Kanza dengan mendalam, bukan pertama kalinya JJ menatap dengan mendalam seperti itu, tapi Kanza tetap saja masih selalu merasa tersipu merona malu dan akhirnya menunduk.

"Apa kau sungguh bahagia bersamaku?" Tanya JJ, Kanza mengangguk dengan tersenyum.

"Aku memang tak pernah mengenal siapa mamaku, dan bagaimana wajahnya, tapi aku percaya dia sangat mengerti aku dan juga menyayangiku. Terbukti pesan dalam suratnya memang benar, aku akan menemukan kebahagiaanku saat aku menemukan keluarga Leventine." Ucap Kanza.

"Aku terlebih bahagia bisa bertemu denganmu dan memilikimu. Kau tahu? Mungkin aku akan benar-benar divonis menjadi seorang gay oleh banyak orang, jika aku tak pernah bertemu denganmu." Sahut JJ meraih tengkuk Kanza dan mengusap lembut dengan ibu jarinya.

Mereka kembali berciuman, semakin mendalam, dan lenguhan Kanza bahkan mulai terdengar saat bibir JJ mulai turun ke ceruk lehernya.

JJ segera melepaskan ciumannya, selagi gairahnya masih bisa ditahan, mengingat mereka sedang di rumah sakit dan sebentar lagi pasti Andres dan Nella akan datang menjemput Kanza. JJ tersenyum melihat jejak merah buatannya di leher Kanza.

"Kau pasti membuatnya lagi!" Protes Kanza sudah paham dengan senyuman dan tatapan JJ ke arah lehernya.

"Aku senang membuatmu memiliki tanda bahwa kau adalah milikku." Senyum lebar JJ.

"Aku barusaja keguguran anakmu, sudah pastilah semua orang tahu bahwa aku ini milikmu! Kau ini!" Rutuk Kanza mengomel.

"Kau pasti akan hamil lagi dan melahirkan anak kita, aku percaya padamu." Ucap JJ dengan yakin, tapi wajah Kanza seketika berubah menjadi datar lalu larut menjadi murung.

"Bagaimana jika aku tetap tidak bisa hamil lagi?" Tanya Kanza menunduk murung.

JJ meraih kedua tangan gadisnya.

"Kau tetap istriku satu-satunya selamanya. Kanza, dengarkan aku! Kau harus percaya pada dirimu sendiri, jauh lebih besar dari siapapun termasuk lebih dari aku percaya padamu Kanza!" Tegas JJ memberi dukungan pada gadis itu.

Baby ELWhere stories live. Discover now