Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar

794 68 12
                                    

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Tharn, sebelah sini, aku sudah memesan tempat di sebelah sini"

Di dalam ruang kelas sejarah musik, Thara telah melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam ruangan dengan menyapukan pandangan ke seluruh ruang kelas. Sedangkan sahabat yang berdiri di sisi lainnya telah mengangkat tangan untuk memberikan sinyal agar dia melangkah ke arahnya, hanya saja mata Tharn tidak melihat ke arah Long, hanya memandang ke sekitar ruang kelas, seolah sedang mencari tempat lain sampai...

"Tum, ada yang ingin aku tanyakan"

Mantan anggota Bandnya sedang bermain game dengan ponselnya di dalam kelas. Pandangan matanya menatap ke arah suara yang memanggil, kemudian bertanya;

"Ada apa?"

Selesai sudah

Sang Vokalis utama buru-buru mendekat ke arah sahabatnya, karena terakhir kali keduanya berbicara, tidak akan berakhir dengan baik.

Tum mendongak sedikit ke arah Thara, menatap dengan pandangan yang sangat tidak bersahabat, kemudian meneruskan bicara dengan suara lembut untuk merespon;

"Tapi aku tidak ingin mengatakan apapun padamu"

Setelah itu kembali menatap ponselnya untuk bermain game lagi. Sikapnya ini menunjukan berbicara dengan Tharn merupakan kegiatan paling akhir yang ingin dilakukannya. Tentu saja, pria yang telah mendapatkan perlakuan seperti ini selama lebih dari setahun hanya bisa menghela nafas berat, kemudian bicara;

"Ini tentang adikmu"

BRAK!

"Tapi aku tidak ingin mengatakan apapun padamu!"

Setelah Thara mengatakan kalimatnya, Tum langsung berdiri dari tempat duduknya, membuat kursi yang di duduki terbentur ke meja, suara yang terucap penuh dengan perasaan tidak puas, meskipun begitu, pria yang baru saja bertanya padanya hanya menatap dengan ekspresi tenang, meskipun pandangan matanya telah berubah tajam ketika kerah bajunya ditarik.

"Aku tidak bermaksud mencari gara-gara denganmu, tapi Tar menelponku, kemarin..."

"Adikku tidak akan pernah berurusan lagi denganmu!"

Tum berbicara dengan menggertakan giginya, pandangan matanya dipenuhi dengan amarah yang masih belum mereda dari tahun lalu... Tahun dimana dia tahu, bahwa Tharn telah menyakiti adiknya.

"Bukankah ini nomer adikmu?"

Saat Tum masih belum bisa menerima ini, Tharn menarik ponselnya untuk memperlihatkan nomer tidak dikenal yang masih belum di ingatnya...

Itu nomer ponsel Tar yang baru.

Sepuluh digit nomer dilayar sukses membuat orang yang menatap marah, dan matanya berkilat marah;

"Kenapa kamu masih menghubungi adiku?"

"Bukan aku, Nong-mu yang menelponku"

"BRENGSEK, TAR TIDAK MUNGKIN MENGHUBUNGIMU LAGI!"

Kali ini Tum berteriak, kemudian datang dengan melemparkan sebuah tinju di wajah Tharn

Pwak

"Hei kalian, Tenanglah. Ini ruang kelas. Jangan mengingat masa lalu di sini"

Saat kedua pria masih belum menerima ini, Sang penengah Long buru-buru berjalan di antara mereka untuk bicara, mengatakan kalimat dengan lembut pada mantan personil bandnya yang terlihat sama sekali tidak bisa tenang.

🆃🅰🅼🅰🆃 Sangat Membenci Menjadi Sangat MencintaiWhere stories live. Discover now