Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka

1.7K 115 45
                                    

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Type! Hei Type, kamu dimana?"

"Di sini bu"

"Di mana?"

"Di atas"

Di siang yang panas, Type bermandikan keringat dengan kedua tangan yang aktif bekerja saat seseorang memanggil namanya.

Ibunya sudah berteriak keras mengelilingi sekitar penginapan, membuat Type harus melongok ke bawah, dan memperlihatkan kepalanya agar terlihat oleh wanita paruh baya yang kesulitan menemukanya. Tentu saja, ibu Type tidak menemukan Type dimanapun, karena anak itu sedang tidak berdiri di lantai

"Apa yang sedang kamu lakukan di atap?"

Yah, anak muda itu sekarang berada di atas atap, kedua tangan sudah sedang menggenggam bor listrik, lalu menjawab ibunya;

"Memperbaiki atap yang bocor. Ayah ingin menutupnya dengan lembaran seng lebih dulu. Sebelum tukang datang untuk memperbaiki"

"Biarkan tukang datang melakukan semua pekerjaan itu, turunlah, jatuh nanti sakit"

Ibunya berteriak cemas dari bawah, membuat Type menggelengkan kepala kemudian meresponnya;

"Tidak apa-apa ibu, kalau nanti malam hujan. Tamu kita pasti akan berteriak karena ini. Ruang peristirahatan di tempat kita penuh. Tidak ada ruangan lain untuk mengganti"

Anak laki-lakinya sudah berkata seperti ini, ibunya hanya bisa memastikan bahwa lebih baik meninggalkannya sendiri, meskipun merasa cemas sambil menghela nafas berat.

"Ada apa ibu?"

Orang yang di atas berteriak di atas menyeka keringat dengan punggung tangannya. Matanya menatap ke arah anjing poodle berwarna abu-abu yang bulunya di potong rapi. Menggonggong keras di belakang tubuh ibunya;

"*Leci[1], ada apa?"

Saat Anjing itu dipanggil namanya, hewan itu langsung berbaring pura-pura mati seolah sedang mencari belas kasihan, ini artinya si Tuan harus berbaik-baik dengannya.

"Dia ini ikut mencarimu, tapi saat melihat kamu sudah melompat seperti monyet, lupa kalau ada temanmu yang datang berkunjung"

"Siapa?"

Type mengerutkan dahinya, karena dia yakin sejak pulang ke rumah dia belum memperlihatkan wajahnya di sekitar sini untuk menemui temannya, jadi bagaimana bisa dia tahu kalau dirinya sudah pulang.

"Ini Aku"

Aku yang mana oi?

Type ingin mengumpat, sehingga dia mencondongkan tubuhnya lebih jauh untuk melihat sosok seseorang yang tertutup oleh pinggir genting, sedangkan Leci sudah memutar kepalanya dan menggonggong sambil berputar-putar, sehingga sang tamu bergerak lebih ke pinggir agar terlihat dan mengangkat satu tangan untuk menyapanya.

"Hei Kom!"

"Hahaha, yah ini aku"

Ketika melihat wajah seseorang ini, Type langsung menyadari teman sepermainannya sejak kecil.

Kom adalah sahabatnya sejak dia duduk di bangku SD. Rumahnya berada di daerah yang sama dengannya. Keduanya belajar bersama sejak masih kecil, lalu harus berpisah ketika Type pergi belajar di Bangkok, sedangkan Kom tetap meneruskan pendidikan di kota Surat Thani. Saat Type pulang ke rumah, dia pasti akan mengunjunginya.

🆃🅰🅼🅰🆃 Sangat Membenci Menjadi Sangat MencintaiWhere stories live. Discover now