Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?

2.1K 116 13
                                    

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Saat ini Thiwat merasa agak cangung.

Pusat Perbelanjaan letaknya tidak jauh dari Universitas, kedua pria muda itu sebenarnya mulai bangun sekitar jam 10 pagi. Tapi setelah mengurus urusan pribadi masing-masing, pada akhirnya mereka pergi bersama pada pukul 11 pagi. Sejujurnya, jika dibilang 'pergi bersama' mungkin tidak terlihat seperti itu. Karena...

Setelah mengurus masalah di pagi hari, mereka berjalan turun dari gedung sendiri-sendiri, menunggu *trem[1] di halte dengan jarak terpisah. Setelah berada di dalam trem, keduanya duduk di sisi berbeda, dan ujung yang berbeda pula. Meskipun sekarang mereka berjalan di dalam pusat perbelanjaan, Thiwat berjalan di depan, sedangkan Tharn mengikuti dari belakang. Jarak keduanya berjalan hampir 1 meter, dan seharusnya anak dari wilayah selatan itu merasa bahagia dengan semua ini. Tapi yang dirasakan malah sebaliknya. Karena tidak perduli seberapa jauh jarak di antara mereka, firasatnya mengatakan bahwa pria yang terus mengikuti di belakangnya, selalu menatap ke arahnya.

Sekarang Type mengerutkan dahinya, karena dia merasa rasa panas menjalar cepat di sekujur punggungnya, penyebab utamanya tentu...

Karena Tharn sedang menatapnya.

Dia ini.

"Kenapa menatapku?"

Saat berpaling, pria yang sedari tadi berjalan sambil menatapnya bahkan tidak berusaha menyembunyikan pandangan saat ditanya, malah sebaliknya, dia menangkap pandangan mata anak di depannya, kemudian mengangkat kedua ujung bibirnya, memperlihatkan sebuah senyuman yang benar-benar menghancurkan pemandangan Type, karena memperlihatkan wajahnya yang sangat tampan.

"Aku 'kan berjalan di belakangmu, kalau tidak menatapmu, lalu aku menatap siapa lagi?"

Benar juga

"Tapi, caramu menatap padaku terasa aneh"

Pertanyaannya ini terdengar seperti sedang mencari kesalahan, meskipun begitu Tharn hanya terlihat tenang di tempatnya, seolah Type memang sedang diperingatkan bahwa ucapannya memang benar. Anak berkulit gelap itu sekarang memandang dengan ekspresi marah, salah satu alisnya naik dan berkedut, dia pada akhirnya bertanya sambil bersikap seolah sedang berada di posisi lebih tinggi;

"Bisakah kamu mengatakan padaku, kenapa kamu menatapku sampai seperti itu?"

"Huft"

Tharn menghela nafas panjang. Seolah dia sebenarnya tidak ingin menjawab, tapi pada akhirnya hanya menyebutkan satu kata;

"Cemas"

"Cemas?"

Cemas, sialan mencemaskan apa. Gila dia bilang cemas, memang apa yang membuatnya sampai mencemaskanku begitu.

Kedua mata Type sekarang memicing tajam saat memikirkan ini, anak itu menatap dengan ekspresi sedang membuat masalah seolah tahu betul masalah apa yang sedang di singgung. Dia terlihat percaya diri untuk memperingatkan pria itu jika sampai bertanya. Meskipun begitu, Tharn hanya menghela nafas panjang sekali lagi, terlihat tidak ragu saat mengucapkan pertanyaannya;

🆃🅰🅼🅰🆃 Sangat Membenci Menjadi Sangat MencintaiWhere stories live. Discover now