Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha

2.1K 130 17
                                    

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Keesokan harinya. Sinar matahari masuk dari celah jendela di dalam ruangan kecil itu, melintasi dua tempat tidur yang saling berlawanan satu sama lain. Cahaya kuat yang masuk membuat salah satu pria yang sedang terbaring di atas tempat tidurnya berpikir sejenak. Dia menatap ke arah poster yang menempel di langit-langit tepat di atas tempat tidurnya...

Tharapun berpikir;

Tidak ada urusannya denganku. Aku sampai mati tidak akan berurusan denganmu, huh!

Pemikiran itu terus menerus berputar di dalam kepala Tuan Thara yang terbaring di tempat tidurnya sambil memutar perlahan tubuhnya ke kanan. Sepanjang malam dia hampir tidak tidur, memikirkan ekspresi seperti orang yang mau makan daging dan menghisap darah seseorang yang terbaring di hadapannya itu, sambil mengutuki dirinya karena menjadi orang yang kurang peka. Sebenarnya dia memutuskan untuk bangun, kemudian mandi, lalu berganti baju dan pergi meninggalkan asrama secepatnya, tapi dia sadar, kalau sekarang masih belum saatnya asrama dibuka.

Kalau sudah waktunya, pokoknya langsung mandi, cari makan, dan masuk kelas.

Pemuda ini terus menerus mengatakan pada dirinya seperti ini, sebelum dia memutar tubuhnya untuk melirik ke arah orang yang terlihat sedang tertidur lelap di atas tempat tidur berlawanan darinya...

Orang yang sedang tertidur itu terlihat sudah jatuh tertidur dengan tenang, tidak terlihat ketakutan mendapatkan mimpi buruk seperti saat malam kemarin. Itulah mengapa, Tuan Thara terlihat frustasi sendiri, meskipun si tersangka yang membuatnya galau sama sekali tidak merasakannya!

"Hahh"

Pada akhirnya Sang Drummer tampan itu menghela nafasnya lagi, sebelum dia meraih ponsel untuk melihat waktu...

Sudah jam 6

Matanya berkedip, tangan besar itu membuka selimut yang menutupi tubuhnya, kemudian melipat selimut dengan seenaknya, lalu meletakkan selimut itu di ujung tempat tidur. Saat ini Tharn melirik untuk melihat si bocah bernama Type dengan sedikit berpaling, kemudian menghela nafasnya lagi sambil membatin;

Sudah dikatai sampai seperti itu, masih mau perduli dengannya lagi.

Setelah memikirkan ini, Tharn langsung saja bergerak secepat mungkin untuk berangkat ke kampus. Berpikir memang sebaiknya buru-buru meninggalkan ruangan, agar tidak bertemu orang yang sedang tertidur itu dan memulai pertengkaran lagi. Dia tidak ingin berhadapan dengan ucapan jahat dan tidak berperasaan darinya lagi.

Orang seperti Type meskipun sebenarnya berhati lembut, tapi sikapnya benar-benar kasar, terutama jika berhadapan dengan seseorang yang tidak disukainya.

Meskipun pemuda itu berulang kali bicara tidak akan mau berurusan, tidak tertarik, ataupun tidak ingin memperhatikan apapun yang berhubungan dengannya. Tharn malah baru selesai mandi dan berpakaian setelah lebih dari pukul 7 pagi, walaupun begitu, dia masih belum meninggalkan asrama. Kedua kakinya yang seharusnya membawa pemiliknya untuk segera meninggalkan asrama, membuatnya kembali ke dalam ruangan asramanya lagi.

Ini karena aku lupa membawa buku catatanku, tidak lebih dari itu

Saat ini dia menemukan alasan untuk dirinya kembali, pemuda itu diam-diam masuk ke dalam ruangan yang tenang. Berbeda dengan ruang asrama yang lain, teman-teman yang tinggal dalam satu asrama dengannya sudah mulai bangun. Mereka mulai sibuk mandi untuk mengikuti kuliah. Sedangkan Type tetap di tempatnya, tertidur dengan lelap.

🆃🅰🅼🅰🆃 Sangat Membenci Menjadi Sangat MencintaiWhere stories live. Discover now