Cattivo . 1

1.7K 129 9
                                    

Mari kita nikmati dulu awalan dari kisah ini.
Bacanya pelan-pelan saja..





PLAK!!!

Tamparan keras itu kembali mengenai tepat di pipi sebelah kanan milik Suha kala gadis itu baru saja masuk ke dalam rumah dan ibunya datang tiba-tiba dengan berjalan cepat menuju arahnya. Maka di saat itulah tamparan keras itu langsung Suha terima bahkan tanpa ada kesempatan melawan ataupun sekedar menahannya.

Suha menoleh pelan menatap ibunya itu tajam, dia baru saja pulang dan bukan sambutan semacam pelukan hangat tapi melainkan sebuah tamparan. Jelas itu amat sangat membuat darahnya memuncak karena marah.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan, HAH?!! Apa kau akan terus seperti ini hanya karena aku bukan ibu kandungmu?" Geram wanita paruh itu dengan tatapan matanya yang tak kalah tajam menatap ke arah Suha teramat frustasi.

"Jika aku menggunakan alasan itu kau pasti sudah tak ada lagi di sini menikmati kekayaan milik ayahku." Jawab Suha sinis.

PLAK!!!

Lagi, tamparan keras yang kedua kalinya itu sungguh sudah benar-benar melukai hatinya saat ini. Ingin mengumpat membalas tapi sayang tutur katanya masih mampu menahan untuk tak berucap apapun walau kilatan amarahnya sungguh tak mampu Suha sembunyikan dan itu jelas menggambarkan akan suasana hatinya yang sudah teramat panas perlu pelampiasan.

"Kenapa hanya diam? Apa sekarang kau tak memiliki alasan lagi untuk membalas ucapanku, Choi Suha?" Ucap wanita itu penuh penekanan di akhir perkataannya yang mana jelas Suha tak suka akan sikap ibu tirinya itu sekarang.

"Aku diam bukan berarti tak memiliki alasan. Aku hanya lelah berdebat denganmu yang tak pernah ada ujung penyelesaiannya dan itu sungguh membuang-buang waktuku." Balasnya seraya berjalan melewati ibunya itu kemudian yang mana langsung terhenti kala wanita itu justru mencekal kuat pergelangan tangannya guna menghentikan putri semata wayangnya itu untuk meninggalkan tempat di kala permasalahan di antara keduanya belumlah selesai.

"Mwo?!" Geram Suha menoleh menatap arah ibunya itu malas. Demi Tuhan tubuhnya sudah teramat lelah karena baru saja pulang dari kegiatan sekolahnya yang menyebalkan dan sekarang ia harus kembali menambah beban lelah karena wanita ini.

"Tidak bisakah kau bersikap sopan pada ibumu ini? Bahkan kau tak melihat ke arahku selama ibu berbicara tadi."

"Wae? Kau marah? Kau bilang ibu? padahal kau juga tahu benar jika aku ini bukanlah putrimu. Aaa.. aku jadi penasaran berapa banyak uang yang sudah kau habiskan dalam sehari dari ayahku?"

Wanita itu mengernyit tak paham karena apa yang dikatakan Suha sudah sangatlah keterlaluan, "mwo?"

Suha berdecih lalu melipat tangannya menatap remeh ibunya itu menyeringai licik, "sudah ku katakan berulang kali, berhentilah bersikap menjadi ibu yang baik dihadapanku--"

Ada jeda sejenak sebelum langkah Suha semakin mendekat dan berbisik tepat di telinga wanita paruh itu kemudian.

"..itu sangat menjijikan." Bisiknya melanjutkan.

Ibunya mungkin bisa saja langsung membalas seperti yang dirinya lakukan sebelumnya tapi tak wanita itu lakukan lantaran ekor matanya kini menatap ke arah pintu utama di mana suaminya sudah berdiri di sana memandang arahnya dan Suha yang mungkin terlihat tengah saling memeluk satu sama lain tanpa tahu akan kebenarannya.


••••


"Apa yang terjadi?" Tanya suaminya itu sambil melepas jas miliknya dan memberikannya pada sang istri.

CATTIVO [ TAMAT ]Where stories live. Discover now