Cattivo . 42

403 51 7
                                    

"Eomma." Panggil bocah laki-laki berusia 10 tahun menoleh menatap ibunya yang kini masih sibuk menyulam benang yang selalu menjadi rutinitasnya di sepanjang hari di rumah.

"Hem? Ada apa sayang?" Jawab wanita itu sejenak menghentikan kegiatannya guna menolehkan kepala demi menatap sang putra yang berada tepat di sampingnya.

"Apakah appa selalu marah pada eomma setiap pulang terlambat?"

Wanita itu pun kemudian dibuat terkejut atas apa yang baru saja bocah laki-laki itu tanyakan. Bagaimana pun juga tak seharusnya putranya itu mengetahui hal yang belum putranya itu mengerti.

Mencoba untuk tetap tenang dan kemudian mengulas senyum mengembang berusaha menutupi segalanya.

"Aniyo. Appa tidak pernah marah pada eomma sayang." Jawabnya.

"Jinjjaro eomma?"

"Hem, waeyo?" Tanyanya sambil mengusap-usap rambut lembut milik putranya itu penuh kasih sayang.

"Ani.. aku selalu mendengar eomma dan appa bertengkar setiap kali appa pulang bekerja dan semalam aku mendengar eomma menangis. Jinjja gwenchana.. eomma?" Tanyanya dengan raut penuh kesedihan bercampur kekhawatiran.

Wanita itu yang mendengar apa yang baru saja putranya itu katakan pun hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar sambil mengulum bibirnya mencoba menahan air matanya yang mulai menetes.

Demi Tuhan, ini sungguh menyakitkan untuk dirinya dengar. Siapa yang menyangka jika putranya itu ternyata mengetahui segalanya meski sebisa mungkin ia telah menutupinya berbohong, demi menganggap segalanya memang baik-baik saja.

"Baekhyun-aa.. dengarkan eomma. Appa dan juga eomma selalu menyayangimu setiap waktu sayang. Pertengkaran eomma dan appa hanya masalah kecil saja. Seseorang bisa menjadi cepat marah karena lelah dan appa juga seperti itu. Bukankah putra eomma ini juga sering marah pada eomma setiap kali pulang sekolah?"

Seketika itu juga Baekhyun pun tertawa meringis, menampilkan deretan giginya yang rapi lantaran baru saja menyadari akan kesalahannya sendiri.

"Mianhe eomma." Ucapnya kemudian yang mana justru membuat wanita itu pun merentangkan kedua tangannya meminta pelukan pada sang putra dan tentu saja langsung disambut baik oleh Baekhyun yang kemudian membalas pelukan ibunya itu, memeluknya erat.

"Eomma.."

"Eomma.."


"Eomma!!!"  Teriak Baekhyun seraya bangun terduduk tersadar dari mimpinya.

Shin ae yang baru saja masuk ke kamar setelah selesai membuat teh hangat pun seketika panik dan mendekat ke arah ranjang tepat kala pria Byun itu baru saja berteriak.

"Baekhyun-aa.. gwenchana?" Tanyanya cemas lalu duduk di tepi ranjang sambil mengambil handuk kecil yang ada di atas nakas guna mengusap kening Baekhyun yang penuh keringat.

Nafasnya yang masih memburu tentu terdengar jelas di telinga Shin ae yang masih memperhatikan ikut merasa panik dan juga cemas.

"Aku membuat teh hangat. Minumlah dulu dan tenangkan dirimu." Ucap Shin ae sambil memberikan secangkir teh yang sempat di bawanya.

Baekhyun pun menerimanya dan menyeruput sebentar teh hangat itu pelan yang kemudian menatap Shin ae sendu.

"Kau tidak pulang?" Tanya Baekhyun lirih.

Shin ae tersenyum lalu menggelengkan kepalanya kemudian, "bagaimana aku bisa pulang jika kau sendiri saja seperti ini keadaannya."

Baekhyun terdiam setelahnya mengerti, "Suha.. apa dia sudah pulang?"

CATTIVO [ TAMAT ]Where stories live. Discover now