Cattivo . 60

258 35 0
                                    

Untuk kesekian kalinya dalam hidup seorang Choi Suha, kembali pulang ke rumah ayahnya adalah hal yang sangat dibencinya, tapi mau bagaimana lagi keberadaan ibu tirinya terus mengganggu kepalanya terus menerus tanpa henti.

"Sangat senang melihatmu pulang ke rumah." Ucap wanita paruh itu ramah selepas menyajikan teh hangat yang baru disedunya di hadapan Suha, putri angkatnya itu sebagai sambutan.

Suha tak menjawab tapi justru tersenyum menyeringai, meremehkan apa yang wanita itu lakukan saat ini kepadanya.

"Kau bersikap seolah aku adalah putrimu. --- tapi kau justru menyambutku bak seorang tamu? Luar biasa." Sindir Suha tepat sasaran.

Wanita itu seketika tertohok merasa tertampar kenyataan bahwa apa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan yang memalukan.

"Maafkan ibu."

"Ibu?" Decih Suha yang kemudian tertawa terbahak setelahnya merasa lucu akan apa yang baru saja ia dengar.

"Kau mungkin masih sangat membenciku bahkan sampai kapanpun itu. Aku bisa mengerti. Tapi, kenyataan yang sebenarnya terjadi adalah aku tidak membunuh ibumu, aku juga tidak berniat untuk menyingkirkan siapapun dari kehidupan ayahmu. -- semua terjadi karena ibumu menemuiku malam itu." Ungkapnya mencoba mengatakan kebenaran yang ada.

Suha mengerarkan rahangnya menahan emosi, "jangan berbohong di hadapanku!" Geramnya.

"Aku tidak pernah ingin berbohong padamu, Suha, sejak awal aku ingin mengatakan semuanya padamu tapi kau selalu menuduhku penyebab semua hal yang terjadi pada ibumu. Jadi aku tidak bisa berbuat apapun." Ungkapnya berkata jujur.

"Kau membuat alibi." Lirihnya menatap tajam.

Wanita itu menggelengkan kepalanya, "terserah kau mau mempercayaiku atau tidak tapi yang pasti ibumu teramat sayang padamu, bahkan saat di akhir hayatnya. --- memang benar, ayahmu melakukan kesalahan tapi ia tak sepenuhnya bersalah dalam kasus ini. Jadi berhenti untuk menyalahkan ayahmu terus menerus, Suha. Ia tak bersalah pada kasus kematian ibumu."

Suha terdiam namun ia sendiri tengah merasa kesal akan apa yang tengah dirinya lakukan sekarang. Menangis meneteskan air mata terhanyut akan kata-kata wanita itu seolah apa yang dia katakan adalah sebuah kebenaran.


•••••


Memandangi foto ibunya dari bingkai yang berada tepat di samping ranjangnya membuat Suha tak pernah mampu menahan air matanya untuk tak menetes membasahi pipi menangis dalam diam.

Semua kenangan bahagianya ketika kecil sungguh membuat Suha rindu akan kenangan itu dan berharap mampu mengulang, memutar waktu di mana dirinya masih percaya apa itu bahagia dan senyuman lepas tanpa adanya hal-hal buruk terjadi menimpanya.

"Eomma, bogoshipeo."

Kilasan akan ingatan tentang ibunya yang memanggil namanya sambil tersenyum hangat sungguh membuat Suha semakin terisak dalam tangisan yang teramat dalam.

Suha sungguh tidak memiliki siapapun lagi di dalam hidupnya selain orang-orang kepercayaannya. Kakeknya yang selalu membantunya pun kini tak lagi ada untuk dirinya ketika mengalami kesulitan. Usianya yang renta membuat kakeknya harus menjalani pengobatan secara rutin di negara orang dan Suha tak mampu berada di sisinya meski ia sesungguhnya menginginkannya.

"Aku jadi merindukan kakek." Lirihnya serak dalam tangisannya.





🌼🌼🌼🌼





Tok

Tok

Ketukan pada pintu yang sejak tadi terbuka dan menampilkan ayahnya yang berada di kursi kuasanya tengah berkutat pada berkas pekerjaannya yang menumpuk di atas meja membuatnya kini mendongak sesaat setelah melihat Baekhyun, putranya itu berdiri di sana dengan membungkuk sesaat, menyapa ayahnya itu dengan hormat.

CATTIVO [ TAMAT ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora