Cattivo . 39

401 51 0
                                    

Semuanya masih terlihat bahkan terdengar sangat membingungkan. Apa yang Suha dengar dan ketahui sekarang wanita itu masih belum sepenuhnya paham. Mungkin mengerti apa yang Jin ah sampaikan tapi terdengar tak masuk akal karena terkejut akan apa yang baru saja terjadi.

Jika ini memang benar kenyataannya maka apa yang selama ini Suha salahkan adalah pada orang yang salah. Tapi bagaimana bisa? Bahkan ia ingat benar kala itu matanya melihat sendiri kejadian mengerikan yang dilakukan wanita itu pada ibunya saat itu. Lalu bagaimana mungkin justru ayahnya yang terlibat sebagai pelaku utama?

"Maldo andwe.. maldo andwe." Ucap Suha berulang kali terperangah terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya saat ini.

"Aku tahu kau takkan langsung percaya, tapi semua bukti yang kukumpulkan memang benar adanya." Jin ah meyakinkan menatap kawannya itu sendu merasa iba.

Jin ah tahu benar seberapa keras Suha mencari segala bukti-bukti kuat guna mengungkap kasus pembunuhan mendiang ibunya selama hampir bertahun-tahun lamanya. Satu pelaku yang Suha percaya adalah jika wanita yang telah menjadi ibu tirinya lah yang sebagai tersangka.

Mungkin memang benar sikapnya yang terus memberontak hingga hubungan baik dengan ayahnya telah hancur itu juga karena ayahnya yang justru lebih memilih menikahi wanita yang telah membunuh ibunya. Tapi apa ini? Sekarang justru nyatanya ayahnya lah pelaku sebenarnya dari apa yang selama ini Suha tak pernah duga sebelumnya.

Melihat Suha yang lemas dengan tatapan matanya yang kosong maka seketika itu juga Jin ah menarik pelan tubuh wanita itu untuk di peluknya. Menghantarkan sebuah makna bahwa Suha tidaklah sendiri, ia bisa bersandar padanya jika Suha mau. Karena Jin ah memang bertugas seperti itu.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu saat ini, jadi aku akan diam dan menunggu sampai kau siap. Aku takkan mengatakan apapun lagi." Ucap Jin ah di tengah usapan pelan pada punggung Suha yang masih bergetar lantaran wanita itu yang kini menangis dalam pelukan.

•••••••

Seolyi tersenyum mengembang kala sepasang matanya menangkap sosok Sehun yang tengah berdiri bersandar pada pintu balkon kamarnya melamun menatap arah depan dengan tatapan kosongnya.

Seketika itu juga Seolyi pun berjalan mendekat dan berdiri tepat di hadapan prianya itu mencari atensi penuh pada Sehun seketika.

Sehun yang kini telah tersadar dari lamunan itu pun hanya menatap datar pada Seolyi tak suka.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sehun dengan nada dinginnya.

"Kau bilang tidak akan pulang malam ini. Apa pekerjaanmu--"

"Pergilah! Aku sedang ingin sendiri sekarang." Potong Sehun dengan menatap tajam Seolyi dengan mengusirnya.

Mendengar itu maka seketika itu juga raut wajah Seolyi berubah. Ini tidak lagi menyenangkan, justru ini teramat menyakitkan. Bagaimana bisa pria Oh itu selalu mampu merubah-rubah sikap dalam hitungan waktu. Tidak tahukah jika apa yang pria itu timbulkan justru luka sayat tanpa luka darah yang berakhir pada tekanan batin Seolyi untuk yang kesekian kalinya.

"Kau mengusirku lagi." Lirihnya membalas ucapan Sehun tak kalah dingin.

Dan Sehun yang mendengar itu langsung membalas tatapan wanita dihadapannya saat ini semakin tak suka. Apakah Seolyi sungguh tidak bisa mengerti keadaannya? Ada banyak pikiran yang tengah terngiang dalam otak Sehun saat ini dan Seolyi justru membuat segalanya semakin kacau, tak mau mengerti.

"Apa kau sedang menyalahkanku lagi? Dengar Seolyi.. aku sedang tidak berniat berdebat denganmu saat ini, jadi aku minta tolong padamu untuk mengerti. Apa itu sulit untukmu?" Tanya Sehun mulai frustasi. Namun nada suaranya sudah ia lembutkan agar wanita itu mengerti akan apa yang Sehun butuhkan saat ini.

CATTIVO [ TAMAT ]Where stories live. Discover now