Cattivo . 35

515 51 2
                                    

Suha sampai di sebuah bar setelah sempat mengalami kemacetan luar biasa beberapa menit lalu. Ia kini berjalan masuk ke sebuah ruangan tepat kaka dirinya datang dan seorang pelayan pun mengarahkan ke sebuah ruangan yang jauh dari kebisingan.

Setelah sampai di ruangan yang di tuju, pelayan itu pun segera membukakan pintu untuk Suha kemudian mempersilahkannya masuk.

"Wasseo?" Sapa seorang pria yang mana kini telah tersenyum mengembang menatap Suha sebagai sambutan.

Suha tak membalas apapun jadi ia hanya tetap mempertahankan ekspresi datarnya yang mana kemudian duduk tepat di hadapan pria itu tanpa banyak bicara.

"Biar kutuangkan minuman untukmu." Ucapnya seraya menuangkan wine di gelas kosong di hadapan Suha sebagai jamuan.

"Langsung saja ke intinya. Aku tidak punya banyak waktu." Ucap Suha dengan sarkas.

"Dasar tidak sabaran. Memangnya sejak kapan kau punya banyak waktu?" Sindirnya sambil berdecak kemudian.

Suha sendiri pun hanya mengendikkan bahunya sebagai tanggapan. Karena sesungguhnya yang wanita Choi itu khawatirkan adalah jika ayahnya mengetahui ini semua. Maka semua rencananya tentu akan gagal total sebelum tujuannya tercapai.

Pria itu pun memberikan sebuah flashdisk pada Suha kemudian, "kau sendiri yang harus mengamankannya, selebihnya sudah ku bereskan."

"Tentang kasus itu. Apa kau sudah tahu siapa yang mengajukannya?"

"Aku belum yakin sepenuhnya tapi masih ku selidiki sekarang."

"Laporkan segera jika kau sudah menemukannya." Tegas Suha memberi titah yang kemudian pun meminum wine miliknya dengan begitu anggun memandang arah luar jendela.

Pria yang berada di hadapannya itu mengamati, memandang wanita Choi itu penuh selidik bahkan tatapan matanya saja sudah menyipit seolah tengah mencurigai akan sesuatu yang sedang Suha pikirkan saat ini.

"Sebenarnya ini sudah sangat menggangguku, boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanyanya meminta ijin.

"Mwoga?"

"Pria itu.. ani, maksudku Jason. Bukankah kalian adalah teman dekat? Lalu mengapa..."

"Teman? Apa kau pikir seorang teman akan membunuh teman lainnya jika tak ada masalah?"

"Maksudmu?"

"Dia mengincarku sejak awal untuk membunuhku." Ucap Suha dengan santai.

"Waeyo?"

Suha menoleh menatap pria yang berada di hadapannya itu dengan lamat, "balas dendam." Jawabnya.

"Balas dendam? Apa kau punya masalah dengannya?"

Suha menyeringai tertawa kecil mendengar pertanyaan yang menggelikan itu di telinganya, "memangnya sejak kapan aku tak memiliki masalah dengan orang lain?"

"Aku tahu. Tapi maksudku kenapa hanya dia yang kau bunuh?"

"Karena dia akan membunuhku jika aku tidak bertindak lebih dulu." Ucap Suha dengan menahan rasa kesalnya. Karena demi Tuhan ia bahkan masih sangat ingat betapa baiknya seorang Jason dalam hidupnya. Bohong jika Suha tak memiliki perasaan sayang pada pria itu meski ia tahu kenyataannya. Sempat menutup segalanya dan memilih berpura-pura tidak mau tahu justru menghantarkannya pada sebuah jawaban kebenaran yang mana seolah menamparnya guna menyadarkannya bahwa Jason benar-benar tak layak menjadi seorang teman.

"Karena aku membunuhnya adiknya." Jawab Suha dengan menatap lurus ke depan.

Semua kilasan masa lalunya kembali terputar, jauh sebelum dirinya pindah sekolah dan juga sebelum ia kehilangan ibunya. Kenangan itu sungguh menyakitkan bagi Suha. Kesedihan yang mana penuh penyesalan selalu menyelimutinya hingga saat ini.

CATTIVO [ TAMAT ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن