part 01

200 49 262
                                    

Happy reading!

================================
Di sebuah meja makan, telah berkumpul suatu keluarga yang bersiap menyantap hidangan yang telah tersaji di depan masing-masing.

"Selamat makan!" seru seorang bocah kecil, usia 5 tahun yang langsung saja menyelupkan tangannya dan bersiap menyuapi mulutnya sendiri dengan makanan yang terlihat lezat itu.

"Eits, Arata ... baca doa dulu. Kamu tahu 'kan kalau setan juga ikutan makan kalau kamu gak baca doa," jelas ibu memotong aksi Arata yang niatnya mau langsung menikmati makanan lezat itu.

"Oh, iya. Maaf, Ma. Arata lupa, hehe."

"Ya, sudah. Doa, gih!"

Arata tersenyum sambil mengangguk paham. Kemudian, Arata segera menegadahkan tangannya sembari membaca doa dengan ejaan khas anak-anak.

Langsung saja, Arata menyantap makanannya dengan lahap. Baru suapan kelima, dua orang lainnya di sana sudah siap saja.

"Oke, kali ini aku yang menang, Ayah!" seru seorang pria dewasa yang memakai jaket hitam yang sedikit mengkilap.

"Tidak, jelas aku yang duluan, Nak." Pria yang jauh lebih tua darinya tidak setuju dengan pria dewasa itu.

"Udah, udah. Kalian siapnya barengan, kok," potong ibu sebagai penengah dari perdebatan kecil itu.

"Yah ... aku kalah lagi dari Ayah dan Kakek." Arata sedikit cemberut.

"Makanya, kamu itu harus semangat lagi sarapannya. Jangan lembek. Biar nanti besar jadi gagah seperti ayahmu ini!" Sang ayah berbicara kepada Arata.

"Oke, Yah. Aku akan semangat!" Cepat-cepat Arata mengambil sarapannya dan menyuapi ke mulutnya dengan lahap dan cepat.

Tidak bertahan lama, tiba-tiba Arata batuk. "Uhuk, uhuk!"

Dengan cepat sang ibu mengambil gelas yang berisi air putih ke mulut anaknya. Arata menerimanya dengan masih tersedak.

"Duh, Papa yang benar dong ajarin anaknya!" Sang ibu marah kepada sang ayah.

"Ehehe, aduh, Arata. Kamu terlalu bersemangat, Nak," ucap sang ayah.

"Tidak apa-apa, yang lebih penting makananku tinggal dikit lagi. Aku akan segera mengalahkan ibu!"

Sang ibu dan sang kakek terheran. "Hee ...?"

Ayahnya yang mengerti langsung tertawa terbahak-bahak sampai batuk-batuk. "Hahaha, bagus, Nak!"

Sang ibu malah mengernyitkan dahi. Sedangkan, sang kakek berdiri bersiap akan pergi. "Aku berangkat dulu."

"Baik, Ayah. Hati-hati di jalan!" seru suami istri serantak. Setelah sadar bahwa mereka mengucapkan berbarengan, mereka saling menoleh menatap satu sama lain. Wajah mereka tersipu merah seketika, kemudian kembali beralih ke hidangan di meja makan. Sang ibu melanjutkan sarapannya, sedangkan sang ayah menikmati minumanya perlahan sambil menunggu Arata yang masih berjuang menghabiskan makanannya dengan semangat.

BUGH!

"Ah, aku mimpiin masa-masa itu lagi, ya," ucap seorang pria remaja yang terjatuh dari tempat tidurnya.

***

Pada suatu kota X, terdapat seorang siswa SMU yang bernama Arata Hikaru. Ia tinggal sendiri di sebuah rumah sederhana dan kondisi baik walau rumah tersebut sudah berusia cukup tua. Rumah tersebut dulunya telah digunakan sejak beberapa generasi dari kakek dari kakeknya ayah Arata.

POV Arata

Seperti biasa, aku melakukan aktivitas rutin tanpa kendala yang berarti. Hari ini, hari Senin, di mana aku harus berdiri dalam barisan hingga upacara bendera selesai.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now