23

12 12 2
                                    

Happy reading, guys!

==================

"Apa yang terjadi padamu, Deon?"

"Tidak, Ko. Aku baik-baik saja. Sudah, lah. Besok pagi aku sudah bisa bersekolah lagi."

"Tidak, Ko. Aku harus tahu orang yang telah menyakiti sahabatku."

Deon berpikir sejenak tentang apakah dia akan menceritakan kejadian ini. Dia merasa malu karena telah dikalahkan oleh anak yang dianggapnya lemah dan cupu.

Eiko masih bersikekeh untuk mengetahui kebenarannya. Seakan mengerti dengan sikap keras kepala Eiko, Deon menceritakan semuanya. Eiko pun geram dengan Arata dan berniat untuk menghajar Ichiro yang belum mereka ketahui.

"Kenapa kau tidak membawa pasukan? Cuma bertiga?"

"Iya, Ko. Sebelumnya dia beneran anak cupu pengecut yang tidak bisa melawan. Tapi sekarang, dia seakan jadi lebih percaya diri. Dua orang seperti Lyman dan Malik saja berhasil dia kalahkan juga setelah mengalahkanku. Padahal sebelumnya dia tak berkutik melawan dua orang itu."

"Oke, lalu kau sudah tahu siapa yang satu orang lain yang mengalahkan dua orang kepercayaan penjaga adikmu itu?" tanya Eiko lagi.

"Aku belum tahu."

"Oke, aku akan bertindak."

"Kuharap kau tidak bernasib sama denganku, teman."

"Aku saja sudah cukup, Deon. Saat kau bersekolah besok, akan aku pastikan kau tidak melihat bocah itu seharian besok."

***

"Tempat luar biasa apa ini, Paman?! Untuk ini 'kah kau membersihkan tempat ini akhir-akhir ini?"

"Tidak, Arata. Bukannya ini seperti neraka? Responmu tidak terduga, Arata." Raut wajah Ichiro sedikit mengkerut.

"Ini akan lebih berat dari sebelumnya, sih. Malesin banget. Tapi, tidak ada jalan lain untuk menghadapi mereka, 'kan." Raut wajah Arata malas dan berubah menjadi senyum optimis seketika.

Melihat sikap Arata yang bersemangat untuk menjadi semakin kuat pun, ikut tersenyum.

"Ngomong-ngomong, kau berantem lagi kemaren, ya? Kau tidak menyalahgunakan latihan ini, 'kan?"

"Masih kelihatan, ya? Padahal sudah dua hari yang lalu dan telah kuupayakan agar bengkaknya menyusut kemaren. Kemaren Paman bilang libur, sih."

"Oh, begitu. Oke, sekarang kau bisa coba tempat rintangan ini lebih dulu."

Di sana terdapat berbagai macam alat latihan buatan seperti lompat menyamping, rintangan bersigantungan, panjat sangkar tali, panjat tebing, tempat pull up, dan sebagainya.

"Ngomong-ngomong, Ayumi kemaren memesan alat gym lati di tempat. Apa itu tidak apa-apa?"

"Aku pikir tidak masalah. Lagian Asami mengawasi dari tempat tinggal kami."

"Oh, iya. Kamu tinggal dimana, Paman?" Arata mulai memukuli samsak tinju barunya. Sekarang sudah tergantung samsak tinju yang asli.

"Lain kali saja bahas itu."

"Oh iya, Paman. Tolong ajari aku cara bertahan. Saat bertarung dengan penindas-penindas itu, aku cuma memukul dan tidak menangkis serangan mereka."

"Hmm, benar juga. Aku lupa latihannya seperti apa. Aku perlu konsultasi lagi dengan kenalan lamaku."

"Baiklah." Arata lanjut memukul samsak itu dengan antusias.

Setelah agak larut, Arata pamit pulang, namun sekarang Ichiro minta diantarkan ke suatu rumah yang tidak diketahui Arata.

"Apakah ini rumahmu bersama Tante Asami, Paman."

"Tidak, ini rumah temanku. Kau boleh pulang duluan, Ar."

"Ya sudah. Aku pergi, Paman." Arata pulang sedikit berputar arah pada suatu persimpangan.

Rumah Arata sudah sangat dekat. Tinggal beberapa meter lagi, dia sampai pada halaman rumahnya. Tiba-tiba, sebuah tarikan di kerah baju Arata membuat dirinya terlepas dari motornya. Motor Arata jatuh begitu saja.

Motornya terlempar ke depan. Arata ditarik dan didorong halus ke sebuah gang dekat rumahnya. Gang itu sepi dan tidak ada yang lalu lalang sekarang.

Arata bisa langsung berdiri dengan terbatuk-batuk karena sempat tercekik ketika digantung oleh tangan seseorang.

Orang yang tidak dikenal Arata itu melancarkan serangan bertubi-tubi kepada Arata. Sayangnya, serangan itu sangat mendadak hingga Arata masih dalam keadaan bingung hingga tidak dapat menangkis ataupun mengelak dari pukulan-pukulan itu.

Orang itu mundur ke belakang dan memasang pose menangkis. Arata maju untuk menyerang balik namun berhasil ditangkis semua.

Arsta merasa aneh karena tidak ada yang berhasil mengenai apa pun dari targetnya selain tangan yang menangkis.

"Ternyata kau masih amatiran dalam bertarung," gumam orang itu ketika menangkis semua serangaj Arata.

Pukulan cepat kembali menghujani tubuh Arata. Berbeda dengan Deon kali ini tidak ada satu serangan pun yang berhasil Arata lancarkan untuk mengenai lawannya ini.

Arata kesakitan hingga tangannya memilih untuk menangkis untuk meminimalisir serangan. Namun tidak ada yang tertangkis oleh Arata. Pukulan itu berlangsung sekitar semenit hingga arata kehilangan kesadaran walau sedang berdiri. Beberapa saat setelah pukulan dihentikan, Arata kembali dengan kesadaran yang lemah.

"Kurasa kau sudah cukup babak-belur. Hebat juga kau belum jatuh dari banyaknya seranganku tadi."

Dengan keadaan sudah setengah sadar, Arata hanya mendengarkan dan lebih fokus untuk tetap bertahan dan menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Oh, iya, ingat namaku Ko. Kau orang yang menarik, tapi kau sudah salah mencari lawan."

Tendangan ke dada di lesatkan kepada Arata yang membuatnya terpental jauh dan tak sadarkan diri.

Disimpang gang, muncul seorang wanita yang syok dengan kejadian itu. Dia datang tepat saat tentangan akan diluncurkan.

"Arata!" Yuka berlari ke tempat Arata. Dengan banyak luka lebam sampai berdarah, Arata tampak bernapas tidak stabil walau sudah tidak sadarkan diri.

Yuka menatap wajah orang itu. "Kau ternyata bukan orang baik!"

Orang itu adalah Eiko yang baru saja dikenalnya di UKS sekolah. Eiko menatap acuh dan berlalu dari sana dengan santainya. Sebelum menaiki motornya, ia membetulkan dulu posisi motor Arata.

Yuka yang bingung harus bagaimana hanya bisa berteriak menjerit dengan tangisan serta meminta pertolongan dengan segenap suaranya.

To be continued~

================

See you next part~

Thanks reading and dont forget vote, coment, and input in you library history for follow this next story. Thengkyu.

The Cage Destroyer HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang