Part 12

31 14 23
                                    

Dont plagiarism, but vote and coment aja, terus yaa follow, perpust, juga masukin daftar baca juga boleh banget, kok. Wahahaha ...!

Ywdh, langsung aja ke ceritanya ...

Happy reading, yak!

===================

Arata sebagai korban dibiarkan untuk fokus memulihkan cideranya. Sedangkan Satoshi dan Ayumi diminta bekerjasama oleh polisi untuk menyelidiki apa yang telah terjadi.

Seharian di rumah sakit, Arara tidak dibiarkan untuk keluar dari sana. Lagian, dirinya cukup lemas karena masih merasakan sakit yang begitu mendalam. Punggungnya masih merasakan hampir patang. Dirinya lumayan merinding memikirkan bagaimana hal itu akan terjadi lagi pada dirinya.

Dia cukup merasa bersyukur karena masih bisa menghirup napas dengan tenang. Masih ada tujuan dan tekad yang harus dia perjuangkan. Jika saja dia terbunuh oleh orang itu waktu itu, maka semua akan berakhir. Mungkin saja ayah dan kakeknya akan kecewa berat kepada dirinya.

Akan tetapi, tentu saja hal itu tidak akan berakhir begitu saja. Arata mengerti bahwa dirinya pasti akan berhadapan dengan orang itu lagi. Jika saja orang itu benar-benar adalah bagian dari mereka, tentu saja Arara harus menyiapkan diri untuk berhadapan lagi dengan orang itu.

Atau jika bukan, tentu saja orang seperti itu bisa jadi tolak ukur dari geng yang akan dia hadapi. Kemungkinan terburuknya, ketua dan geng yang akan dia hadapi itu jauh lebih kuat dari orang misterius yang belum mampu dia kalahkah sekarang. Tentu saja, saat ini Arata sendirian yang sekarang masih jauh dari kata cukup untuk sampai berhadapan dengan dalang dibalik insiden yang menimpa ayah dan kakeknya Arata. Oleh karena itu, tentu saja Arata memang benar-benar harus berubah menjadi lebih kuat.

Hari masih menunjukkan pagi hari. Dilihat di sekitar ruangan, benar-benar bersih dan rapi barang-barang di dalamnya. Aroma yang dihirup juga aroma khas rumah sakit pada umumnya.

Arata yang berpikir untuk segera pulang dan melihat keadaan rumahnya segera bangkit dari kasur rawat di sana. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan rumahnya saat ini. Cuma pikiran buruk yang tidak diinginkan yang terpikirkan olehnya.

Dia bangkit dari tidurnya dengan kekuatan dan keadaan badan yang sedikit meragukan. Tubuhnya merasa nyeri, bahkan saat masih rebahan di kasur itu. Akan tetapi, dia sangat khawatir bagaimana keadaan rumahnya saat ini dan siapa yang membawa dirinya ke rumah sakit.

Setelah berhasil berdiri, dia mulai melangkahkan kakinya menuju ke pintu keluar dengan pelan namun pasti. Setelah sampai di pintu, Arata membuka pintunya secara perlahan, kemudian melewatinya, dan akhirnya menutupnya kembali. Dilihat di sekitar, terlihat lorong rumah sakit yang sepi manusia di sana.

Ketika hendak berjalan, seseorang di dalam tiba-tiba berteriak. Suara itu menghentikan langkah kaki Arata yang sekaligus terkejut.

'Hah, suara siapa itu?' batin Arata.

Suaranya terus bergumam hingga terdengar sangat keras sampai memenuhi koridor rumah sakit tempat Arata berada. Arata menjadi panik dan sontak berlari ketakutan. Dia yakin ketika berada di ruangan itu hanya dia sendiri. Pikirannya dipenuhi pikiran horor yang bergentayangan. Arata berlari menjauh dari ruangan itu.

Awalnya dia berjalan cepat, kemudian setelah mendengar suara itu menjadi-jadi, Arata mulai berlari dengan rasa gemetaran pada sekujur tubuhnya.

"Aaaaaaaaaaa, sakiiiit!!!"

Suara itu terus menggema secara berulang-ulang seakan mengikuti dan mengejar serta menggerogoti diri Arata. Dia diselimuti ketakutan sehingga Arata mempercepat larinya itu.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now