24

16 11 5
                                    

Happy reading

==============

"Kau sudah sadar, Arata?" ucap Yuka di samping laki-laki yang terbaring itu.

Wajah laki-laki itu penuh lebam juga luka-luka lain pada tubuhnya. Ia baru membuka mata dan merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

Diperhatikannya seluruh ruangan tampak serba putih dan tercium bau obat dan alkohol bius samar-samar. "Yuka, ini di rumah sakit, ya?"

"Kau benar, Arata."

"Baiklah, aku sudah pulih mari kita pulang." Arata hendak melepas inpus di tangannya.

Dengan cepat, Yuka menghentikan pergerakan Arata dan menggelengkan kepala. "Kata dokter, kau harus dirawat inap selama 3 hari."

Arata melemahkan tangannya dan membatalkan niat untuk melepaskannya.

"Kau melihat orang itu?" tanya Arata dengan raut serius kepada Yuka.

"Iya, aku juga baru mengenalnya. Namanya Eiko Makoto. Tapi, tenang saja. Aku sudah melaporkannya kepada pihak yang berwajib."

Tindakan Yuka yang wajar dan tepat itu tidak bisa disalahkan Arata. Namun, tubuhnya tidak terima untuk dikalahkan begitu saja dan ingin bertarung kemudian menang dengan orang itu.

"Oh iya, dia bilang namanya 'Ko'."

Arata penasaran dengan pria bernama Ko tersebut. Dia ingin tahu juga mengenai alasan Ko menyerang dirinya.

Di lorong tempat ruangan tempat Arata dirawat, berlari seorang gadis belia dengan membawa beberapa pakaian dan barang keperluan lain masuk ke dalam ruang Arata. Sementara itu, Asami berjalan tenang ke ruangan tersebut.

Dari ruangan sebelah Arata, keluar Deon dengan Lyman dan Malik.

"Ah, akhirnya lepas juga," ucap Malik.

"Mari kita berpesta, Bos!" seru Lyman.

"Lanjut aja kalian. Aku sedang tidak berselera."

"Baik, Bos Deon," ucap serentak dari dua sekawan itu.

***

"Permisi, benar ini tempatnya, 'kan?"

"Iya, tentu saja."

Tampak dua polisi sedang berdiri sebuah rumah sambil memegangi sebuah kertas berisikan alamat sang tersangka.

Rumah tersebut dijaga oleh dua orang yang menjaga pintunya. Polisi tersebut bertanya, "Apakah benar ini alamat anak yang bernama Eiko Makoto di sini?"

Dua penjaga itu hanya diam dengan mata melotot dan kedua tangan di belakang tubuh mereka.

Polisi-polisi itu kesal dan menjelaskan seakan bersikeras untuk dijawab pertanyaannya.

Pintu rumah itu perlahan terbuka. Keluar sosok orang ternama yang bernama Eiji Makoto. Dia adalah pemimpin geng Gagak Merah saat ini.

"Wah, ada perlu apa para polisi berpakaian rapi ini kemari?"

Polisi menanyakan keberadaan Eiko. Eiji tidak bergeming dan malah mengalihkan topik untuk para polisi masuk dan duduk terlebih dahulu. Polisi tersebut mengatakan tidak punya waktu sehingga mendesak untuk mengetahui keberadaan Eiko.

Eiji malah terseyum dengan beberapa anak buah di belakangnya. Dua polisi ini masih magang sehingga tidak mengetahui betapa berbahayanya geng Gagak Merah ini. Geram akan sikap Eiji yang meremehkan, dua polisi tersebut memutuskan untuk memaksa masuk dan menggeledak isi rumah.

The Cage Destroyer HeroOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz