51

11 7 0
                                    

Dont forget vote and coment
Dont plagiat
And
Happy reading!

===========
Setelah satu hari telah berlalu, Arata terbangun dari tidurnya. Dia memperhatikan di sekelilingnya begitu asing, tapi tetap tahu di mana dia sekarang.

"Aah, jadi aku dibawa ke sini, ya. Ternyata perkataannya yang akan membunuhku pertama itu cuma bualan." Arata bergumam sendiri.

Di sekitar Arata tidak ada seorang pun sehingga dia tidak perlu segan untuk mengeluh.

"Haha, aku memang makhluk yang tidak berguna. Aku gagal, aku gagal menyelamatkannya!"

Arata mengingat senyuman Ayumi yang begitu mengagumkan. Masa-masa yang manis, walau sederhana seakan terasa hangat dan sangat diidamkannya sekarang.

Bluuurb~

Suara perut Arata berbunyi karena kelaparan.

"Hm, setelah dipikir-pikir lagi, aku sepertinya kelaparan, ya." Terlihat sarapan sudah ada di meja dekat pasien. "Ok, selamat makan diriku yang tidak berguna. Bisa-bisanya sampah sepertiku lapar di saat telah melakukan kegagalan besar ini."

Arata melahap perlahan makanannya. Tanpa langit yang gelap, air jatuh dari atas ke makanan Arata.

"Sial, masakan telur pakai garam saja malah sangat aku inginkan dari pada makanan menu lengkap rumah sakit ini. Ah, jangan menangis, Arata bodoh!"

Pada suapan ketiga itu, Arata menghentikan makannya. Dia berdiri bangkit dan membuka tirai jendela.

"Ah, pas sekali. Aku sedang berada di lantai tiga sepertinya." 

Jendela yang terbuka tirainya itu dibuka selebar-lebarnya oleh Arata. Kakinya siap terangkat di jendela itu.

Tirai pasien sebelah terbuka, seseorang berkata, "Hei, tutuplah, Bodoh. AC-nya hidup."

Arata melongo ke arah sumber suara. "Hah, Eiko, apa yang kau lakukan di sini?"

"Bodoh, harusnya aku yang bertanya dengan apa yang mau kau lakukan?"

"Sudah jelaskan, aku gagal total dalam hidup. Pembunuh ayah dan kakekku gagal aku kalahkan dan melarikan diri entah kemana. Ditambah lagi dia membawa sesuatu yang berharga bagiku. Aku tidak ada motivasi lagi hidup!"

"Bodoh! Tenangkan dirimu. Kau pikir semua akan diam setelah semua yang terjadi. Eiji yang sebatang kara itu tidak akan pergi jauh dengan cepat dari kota ini. Aku dengar kabar kalau belum ada yang bisa melarikan diri karena ada semacam perisai ultraviolet yang mengurung kota ini. Tapi, komunikasi dengan luar kota sudah bisa."

"Hah, kau serius?" Arata menurunkan kakinya. Juga dia mulai tenang sekarang. Ada secercah kesempatan untuk menyelamatkan Ayumi dan melanjutkan perjuangan kakek dan ayahnya.

"Ah, begitu. Kalau begitu aku minum dulu." Arata mulai duduk dan meneguk air di samping makanannya tadi. "Bisa kau lanjutkan informasimu?"

"Ya, temanmu Satoshi sedang melacak keberadaan mereka. Sebelum itu, setelah kondisi kita membaik dan siap bertempur, kita akan ke tempat lokasi yang diberi Satoshi," jelas Eiko.

"Ah, begitu. Tapi Eiko, kau tahu kalau kita tidak punya waktu banyak 'kan?! Terlebih lagi Ayumi masih dalam keadaan lemah."

"Tenang saja. Ayumi itu adalah tawanan berharga miliknya. Dia tidak akan membiarkan gadis itu mati."

"Aku harap juga begitu."

Keduanya termenung di tempat kasur rawat masing-masing.

"Ngomong-ngomong Eiko, kau kenapa juga ingin menjatuhkan ayahmu sendiri? Dia ayahmu dan tidak wajar seorang anak ingin menghancurkan ayahnya sendiri 'kan?"

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now