Part 11

37 17 21
                                    

Dont plagiarism, but vote and coment aja, terus yaa follow, perpust, juga masukin daftar baca juga boleh banget, kok. Wahahaha ...!

Ywdh, langsung aja ke ceritanya ...

Happy reading, yak!

===================
Di sebuah jalan yang penuh dengan orang lalu lalang dengan menggunakan berbagai macam kendaraan, Satoshi mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga dengan seseorang yang diboncengnya, yaitu orang yang begitu ia kagumi, Ayumi. Namun, kondisinya saat ini cukup darurat sehingga dia tidak bisa menikmati sepenuhnya momen itu.

Ingin sekali dia melambatkan sepeda dan menikmati berboncengan dengan idolnya lebih lama lagi. Akan tetapi, idolnya tersebut tidak memikirkan diri Satoshi sedikit pun sekarang. Saat ini, Ayumi begitu mencemaskan nyawa seseorang yang sedang mempertaruhkan nyawanya dalam kondisi ini.

Bayangkan saja, ini berurusan dengan organisasi yang polisi pun belum bisa menuntaskan mereka. Hanya mengantarkan Ayumi dengan aman dalam perlindungan di kantor polisi adalah jalan yang paling tepat untuk melindungi Ayumi. Satoshi juga terus mengayung dengan sekuat tenaga karena sekarang ini, temannya yaitu Arata butuh cepat pertolongan dari pihak kepolisian. Temannya itu begitu nekad bergerak sendiri ke lokasi musuh.

"Huah ... akhirnya sampai juga," ucap Satoshi yang setengah ngos-ngosan. Satoshi masih di atas sepeda dan baru saja memasuki gerbang kantor polisi. Ayumi yang tidak sabaran, langsung melompat turun dan berlari menuju tempat pelaporan.

"Hoaa ... tunggu Noumi-chan." Satoshi hampir saja terjatuh karena sedikit kehilangan keseimbangan ketika Ayumi melompat.

Note: Noumi adalah nama panggung yang berarti Nona Ayumi. Biasanya, namanya diiringi oleh kata 'Putri' sehingga menjadi 'Putri Naomi'.

"Ayo cepat! Kak Arata dalam bahaya, Kak!" Ayumi sekarang dalam mode panik dan segera mungkin berlari sekuat tenaga agar sampai ke tempat pelaporan dengan cepat.

Mengingat akan situasi genting ini, Satoshi ikut segera menyusul Ayumi setelah dengan cepat menjatuhkan sepedanya di pinggiran, tidak tepat di parkiran. Dengan membawa ransel yang berisikan laptop sebagai barang bukti, Satoshi memaksakan dirinya untuk terus bergerak lebih cepat untuk ke tempat pelaporan sekuat tenaga yang tersisa. Satoshi dengan badan gemuknya sampai penuh penuh dengan keringat yang bercucuran dari tubuhnya.

Ayumi dengan paniknya segera mencari orang yang berseragam polisi, siapa pun itu, untuk melaporkan kondisi gawat darurat. Dia begitu panik karena merasa bahwa kondisi ini adalah akibat dari kehadirannya, sehingga membuat Arata harus berada dalam kondisi bahaya ini.

***

"Hoaam, ada apa ini berisik-berisik?" Wanita yang tertidur tadi ikutan bangun.

"Hahaha ... boleh juga kau, Nak."

Tidak ada tembakan yang keluar. Hal itu karena pistol yang direbut dari Arata memang tidak ada pelurunya.

"Apa kau sengaja langsung menarik pelatuknya karena sudah tahu pistol itu tidak memiliki peluru?" Arata mengepalkan tangannya dan berpose siap untuk bertarung tangan kosong.

"Alasannya?" tanya pria itu.

"Kau bertanya dan langsung menembak ke arah vital tubuhku. Bukankah itu cukup aneh? Jika saja pistol itu benar-benar ada peluru, aku akan mati dan kau tidak mendapatkan jawaban yang kau butuhkan, bukan. Buat apa seseorang bertanya kalau langsung ditembak sebelum diberi kesempatan untuk menjawab?"

"Boleh juga analisamu, Nak. Tapi, aku bisa melacak wanita itu dengan memanfaatkan ponselmu."

Arata menoleh ke arah sakunya. Terlihat benda pipih menonjol di sakunya. Arata berpikir bahwa pria ini bukan sembarangan berandalan yang tidak berpikir panjang.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now