16

24 16 22
                                    


Dont forget vote and coment for support this story. Dont plagiariasi, yak.

Happy reading!

==============

"Gimana?" Seseorang pria baru memasuki rumahnya sehabis pulang sekolah.

"Gimana apanya, Kak?" tanya balik perempuan yang sedang bersantai di depan televisi.

"Ya, di sekolahnya, dong."

"Seperti biasa, aku jadi pusat perhatian."

"Eh, gak ada yang mengenali kamu, 'kan?"

"Enggak dong, Kak. Ciri khasku udah dirubah sih. Rambut pirangku Kakak suruh rubah jadi coklat gelap begini." Ayumi memegangi rambutnya yang telah berubah warna itu.

"Ya, apa boleh buat, 'kan. Dengan begini orang-orang itu mungkin lebih kesusahan mengenali kamu. Alat misterius pendeteksi orang itu memang masih menjadi masalah kita, sih."

"Nah, iya 'kan, Kak. Ya, apa boleh buat 'sih. Lagian menjadi pusat perhatian itu udah jadi bakat aku, sih."

"Heleh, jangan kegeeran. Walaupun kamu sangat cantik, tapi bisa jadi pusat perhatian itu karena kamu anak baru. Eh, jangan bilang kamu melepas kepang rambutmu di sekolah?!"

"Cie, Kakak. Bilang aku cantik, nih. Gak kok, Kak. Rambut tanpa kepangku cuma aku lihatin ke Kakak seorang. Hehe ...." Ayumi cengingisan sambil belepotan coklat di giginya. Dia sedang menonton sambil makan cemilan coklat di depan layar televisi.

"Heleh, kamu bisa aja. Ntar kalau Kakak baper bisa gawat, loh." Dengan perlahan, Arata meletakkan sepatunya ke rak sepatu dan berjalan menuju kamar.

'Walau sebenarnya udah terlanjur baper ya? Hm, tapi dia gak mungkin mau sama aku. Mungkin perasaan ini sebagai rasa sayang kepada adiknya kali, ya,' batin Arata.

"Sepertinya logat Kakak udah cool deh, Kak. Mau coba ke tingkat intinya, Kak?"

Gerak Arata terhenti ketika akan mau membuka gagang pintu kamarnya. "Maksudmu gimana?"

"Iya, Kak. Sudah saatnya Kakak untuk mengajak perempuan yang Kakak deketin jalan-jalan dan bertemu langsung 'kan, Kak?!"

"Hah? Kamu bercanda?"

Progres Arata sebagai laki-laki keren semakin maju saja. Dengan arahan dari Ayumi, Arata melakukan hal-hal yang belum ia lakukan. Bahkan, tugas dari Ayumi sampai ke tingkat dimana Arata harus menyapa minimal 20 wanita di sekolahnya. Itu termasuk kakak dan adik kelas.

Walaupun begitu, cuma menyapa dan lewat sangat berbeda dengan mengajak jalan dan menghabiskan waktu bersama.

Meskipun Arata enjoy saja berjalan dengan Ayumi, namun tentu akan berbeda. Hal itu karena pada kasus Ayumi, Arata merasa merupakan suatu keharusan dan kewajiban untuk membantu dan melindungi Ayumi.

Sedikit lagi Arata menolak untuk tugas yang diberikan Ayumi. Namun, batinnya bergeming dan mengingatkan bahwa Ayumi menyuruh hal itu tentu untuk kebaikan Arata. Dan pun, Arata juga sudah berjuang sampai ke titik ini.

"Baiklah, Ayumi. Aku terima." Raut wajah Arata menunjukkan semangat dan keyakinan yang gagah.

Walau hal itu cuma saat itu.

"Eh, i--ini apa baik-baik saja, Ayumi?" Arata sudah berpakaian bergaya kekinian. Tubuh Arata juga sudah terbiasa untuk menjaga ketegapan tubuh. Namun saat ini, dirinya merasa cemas akan tidak berjalan lancarnya pertemuan yang akan dilakukan Arata.

"Sudah pergi saja. Gak mungkin Kakak biarin dia datang lebih dulu dan menanti Kakak sendirian, 'kan?" Ayumi sedikit memiringkan alirnya.

"I--iya. Oke, a--aku berangkat, ya."

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now