52

10 8 8
                                    

Happy reading!

===========

"Kau lihat, Ayumi. Kita dapat banyak makan lezat hari ini," ujar Eiji.

Ayumi yang masih saja lemas cuma bisa mendengar tidak merespon. Dia begitu lemas karena efek dari terapi keluarga Yuka kepadanya dalam memperbaiki sel sel tulangnya yang hampir patah oleh Hago.

Dua tentara itu entah kemana dibawa oleh Eiji. Yang jelas, sekarang helikopter sudah diambil alih dan diobrak abrik isinya. Ditemukan keranjang yang berisikan persediaan makanan dan minuman. Juga, terdapat keranjang satu lagi yang berisikan senjata pistol dan pisau.

Dia tersenyum licik dan mengambil beberapa makanan dan minuman ke tempat tenda. Ayumi cuma tidur terbaring di dalam tenda itu.

Eiji menghaluskan sebuah apel hingga menjadi bubur. Kemudian, dia menyuapi Ayumi dengan santainya.

'Huh, apa maksudnya ini? Aku akan diracuni?' batin Ayumi.

"Tidak ada racun kok." Eiji seperti mendengar kata hati dari Ayumi. Namun, dia sebenarnya paham akan hal itu karena Ayumi sedikit menahan mulutnya untuk terbuka.

Perut Ayumi cukup keroncongan sekarang. Dirinya sungguh lapar karena selama terapi itu, dia tidak sadarkan diri dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, dia benar-benar perlu makan sekarang.

Senyum Eiji cukup ramah terlihat oleh Ayumi. Feeling Ayumi merasakan bahwa memang tidak ada racun di makanan itu.

Ayumi mencoba membuka mulut, mengambil resiko untuk bertahan hidup. Suapan demi suapan berlangsung dengan lancar.

Pada hampir setengah dari cambung itu habis, Eiji berkata, "Mana mungkin aku memberi racun, 'kan. Kau itu aset yang berharga untuk menjalankan rencana besarku!"

Dengan sedikit tersentak Ayumi tertegun. Ekspektasinya kalau Eiji orang baik jadi luntur begitu saja. Walau begitu, ia tetap menerima suapan dari Eiji.

'Tidak apa-apa. Aku yakin Kak Arata akan datang menolong.'

"Kau terlihat begitu tenang, ya. Oh, aku tahu. Kau mengira akan ada yang bisa menolongmu, huh? Tidak! Mereka yang tidak mengikutiku di kota ini akan berakhir dengan tragis!"

Terpikir bahwa Arata yang tidak berhasil mengalahkan Eiji, membuat Ayumi khawatir. Dia yang berharap ditolong, malah berharap kalau cukup dirinya saja yang jadi korban. Ayumi sungguh tidak ingin orang-orang yang ia sayang terluka. Wajah Ayumi mulai berlinang air mata.

***

Dini hari, di rumah sakit, Eiko terbangun dari tidurnya. Dilihatnya jam dinding baru menunjukkan pukul empat pagi. Namun, suara berisik yang tidak wajar sedikit membuatnya terheran.

"Suara apa itu?"

Suara itu berasal dari tirai di sebelahnya. Perlahan dia buka tirai itu. Ternyata itu adalah Arata yang sedang melakukan push-up.

"Hei, apa yang kau lakukan? Ini masih sangat pagi."

Arata tersentak dan menoleh ke arah Eiko. Ia duduk dan berkata, "Oh, kau sudah bangun, Ko. Kau tahu, tidurku tidak nyenyak. Aku sudah tidak sabar. Setidaknya aku harus berlatih menjadi lebih kuat lagi. Pukulanku masih sangat lemah!" Arata berbicara sambil menunduk.

Eiko cuma terdiam melihat temannya itu. Eiko sedikit menggeram dan merasakan bahwa rasa bencinya semakin dalam kepada ayahnya itu.

"Arata, bersabarlah. Kita akan menemukan dan menghancurkan bedebah itu!"

***

Komunikasi pada kota ini memang sudah bisa ke luar. Sayangnya, karena sudah lama tidak komunikasi, banyak pihak yang tidak terlalu percaya dan menganggap telepon dari pemerintah pun sebagai lelucon belaka. Bahkan, nama kota tersebut sudah banyak dilupakan oleh kota-kota tetangga.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now