18

15 11 2
                                    

No plagiarisasi! Eh, gitu 'kan ya tulisannya?!

Dont forget vote and coment. Thank you.

Happy reading, everyone! ⊙﹏⊙

Setelah kondisi Arata sudah mendingan, Ichiro mengantar Arata ke rumah Arata. Pada saat itu, matahari sudah tenggelam. Angka menunjukkkan angka sembilan.

Dengan bonyok di wajah, Arata memasuki rumahnya yang sudah bernyala lampu. Di dalamnya sudah menanti Ayumi dengan wajah khawatirnya.

"Kakak Arata gapapa?"

"Aman, kok. Gini doang, mah."

"Jangan sok kuat. Ayo sini aku bantu." Ayumi membopong tubuh Arata membantunya berjalan dengan baik.

Tubuh Arata yang bersentuhan dengan Ayumi, membuat Arata menjadi pangling. Tapi, dia memang jadi terbantu karena bantuan dari Ayumi.

Tubuh Arata dibaringkan dan wajah Arata dikompres dengan kain rendaman air hangat.

"Aw, sakit," ucap Arata.

"Aduh, maaf ya, Kak. Gak bisa ditahan 'kah, Kak?"

"Ehm, bisa kok. Gini do--" Ayumi kembali menekan sehingga Arata kembali menjerit, "Aw."

"Ehehe ... tahan ya, Kak. Biar Kakak cepat sembuhnya."

"I--iya."

Mereka terdiam sambil Ayumi lanjut mengompres wajah Arata. Tubuh Arata dalam keadaan terbaring saat ini.

"Ehem, kamu gak nanya aku habis kenapa dan dari mana?"

"Aku udah tahu dari Kak Asami."

"Oh, kamu juga udah ketemu sama wanita misterius itu, ya?! Aku kira kamu gak peduli."

"Ehm. Kak Arata udah makan?"

"Udah, kok. Terima kasih, ya."

Ayumi membalas dengan senyuman hangat. Setelah itu, Ayumi pergi ke luar dari kamar Arata. Merasa sudah waktunya istirahat, Arata memejamkan matanya dan tertidur.

Beberapa saat kemudian, Ayumi kembali membawa roti bakar untuk Arata. Ayumi merasa perlu menemani Arata malam ini. Maka dari itu, Ayumi mencoba untuk tetap terjaga dan akhirnya tertidur di kursi dengan tubuhnya terbaring ke kasur Arata.

Dini harinya, Arata terbangun dan melahap roti itu dengan cepat. Dia kembali tertidur tanpa mengetahui bahwa Ayumi tidur juga didekatnya.

Ayam berkukuk dengan kerasnya. Ayumi bangun lebih dulu dari pada Arata. Dengan ucapan lembut, Arata berhasil dibangunkan Ayumi.

"Hm, Kakak sekolah hari ini?"

"Hoam, iya tentu."

"Oke, Kak. Aku mandi dulu, ya."

"Oke, Ay."

Setelah keduanya siap, mereka berangkat ke sekolah. Arata sedikit heran dengan motornya masih ada di depan. Dia bertanya-tanya tentang bukannya paman Ichiro perlu membawanya pulang. Dengan sedikit mengeluarkan analisanya, dia menemukan kesimpulan bahwa ada yang menjemput Ichiro.

Tatapan aneh tertuju pada diri Arata. Sangat berbeda sekali ia rasakan dibanding dengan saat perubahan penampilannya. Auranya tampak kurang bersahabat. Kemungkinan anak-anak lain memandang Arata terlibat perkelahian antar berandalan.

Arata yang terbiasa ke kantin pada saat jam istirahat untuk membeli makanan atau sekadar cemilan, melanjutkan rutinitasnya walau dengan wajah bonyok itu.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now