13

37 20 31
                                    

Dont forget vote and coment~

Happy reading!  😉👈

===============

Lengan kiri Arata digenggam cukup kuat oleh Yuka. Sedikit tekanan lagi, Arata pasti akan langsung merasa sakit. Arata mencoba untuk bergerak ke belakang, namun tidak bisa karena pergerakannya sudah cukup terkunci.

"T--tindak kriminal apa yang kau maksud, Yuka?"

Sorot mata Yuka menjadi lebih tajam. Arata pun merinding dibuatnya.

"Jangan belagak bodoh, kau! Siapa gadis yang tidur di ruang tengah itu, hah?! Apa kau telah melakukan hal tak senonoh pada anak di bawah umur ini, hah?! Jawab!" Yuka mengatakannya dengan nada kecil tapi dengan intonasi yang mengancam.

Pertanyaan itu sangat mendadak bagi Arata yang bangun tidur. Dia belum siap menjawab. Saking tidak terduganya, dia menjadi ngeblank dan dia seribu bahasa.

Dari ruang perbatasan antara ruangan tengah dan ruangan depan kamar Arata, berdiri seorang gadis belia yang terbangun dari tidurnya.  Ia muncul untuk melihat sumber suara yang bising itu.

'Siapa perempuan itu? Terlebih lagi, bagaimana dia masuk ke dalam? Aku 'kan sudah kunci pintu depan. Jangan-jangan Kak Arata punya Kakak perempuan, ya?' batin Ayumi.

"Selamat pagi ...." Ayumi memecah ketegangan yang menusuk dari Yuka. Atensi Yuka tertuju kepada gadis yang dia tanyakan sebelumnya.

Dengan tatapan penuh selidik tiba-tiba jadi berubah diam terpaku dengan gadis asing itu. Melihat senyumnya yang menawan dan imut, entah bagaimana Yuka menjadi luluh dan berubah lembut.

Namun, pikiran logis Yuka tiba-tiba menyentakkan dirinya. Dia menepuk kecil pipinya agar sadar dari lamunannya. Gadis itu sangat imut, tapi hal yang lebih penting lagi, situasi ini tidaklah normal. Pikiran Yuka sedikit berputar-putar sebentar.

Yuka berjalan ke arah Ayumi dan berdiri berhadapan "Oke, Dik. Jawab jujur! Siapa kamu?"

"Oh, iya. Salam kenal, Kak. Namaku Ayumi. Kalau Kakak siapa? Kenapa bisa masuk ke dalam? Perasaan pintunya terkunci loh, Kak."

Pertanyaan Ayumi setelah memperkenalkan diri itu membuat kondisi kembali kondusif. Arata jadi terselamatkan dan memiliki waktu untuk bernapas tenang kembali.

"Aku Yuka Megumi, tetangga dan kenalan orang itu." Yuka menunjuk Arata. "Aku masuk dengan kunci duplikat rumah ini.

"Eh, tetangga dan cuma kenalan ya, Kak. Tapi, Kakak kok bisa ada kunci duplikatnya, Kak?"

"Iya, keluarga kami cukup dekat, jadi keluargaku punya kunci duplikat rumahnya."

"Oh, gitu ya, Kak." Ternyata dugaan Ayumi salah. "Tapi, apa Kakak yakin hubungan Kakak sama Kak Arata itu cuma kenalan? Gak ada apa-apa gitu, Kak?" goda Ayumi. Mata Ayumi melirik cepat secara bergantian kepada Yuka dan Arata.

Yuka menjadi bungkam dan berubah menjadi malu-malu kucing saat ditanya itu. Padahal niat awalnya untuk mengintrogasi. Tapi, entah kenapa malah Yuka merasa jadi tersudutkan sekarang.

"K--kan aku sudah bilang, keluarga kami dekat, 'kan, Dik. Kakak juga disuruh Ibu Kakak di sini." Yuka tiba-tiba salah tingkah sedikit dan mendehem. Dia berusaha untuk kembali kondusif untuk mendapatkan kebenaran yang ingin ia ketahui. Sedangkan Ayumi menjadi teringat dengan maminya.

"Ekhem ... sekarang Kakak tanya. Kamu ada hubungan apa dengan orang itu?" Tangan Yuka kembali terangkat untuk menunjuk Arata.

"Kami cuma--" Belum sempat Ayumi menyelesaikan kalimatnya, Arata memotong.

"Sepupu!" potong Arata cukup nyaring. "Dia itu sepupuku."

Yuka dan Ayumi mengernyit heran. Yuka bertanya, "Sejak kapan kau punya sepupu?"

"Masa kamu gak ingat. Waktu kita SD, dia pernah main kemari juga, loh." Arata membuat-buat seolah-olah Yuka harusnya juga mengenal Ayumi.

"Waktu dia kemari masih belum bisa ngomong, sih," lanjut Arata.

"Masa sih? Lalu, kamu ke sini sendirian?" tanya Yuka ke Ayumi.

"Iya, sekolahnya lagi liburan. Jadi, dia memutuskan datang berlibur ke sini."

"Kok kamu yang jawab?"

"Aku 'kan sepupunya. Hehe ...." Senyum Arata ketahuan sekali dibuat-buatnya. Namun, Yuka berpikir itu masih logis dan menjawab bagaimana bisa gadis semanis Ayumi mau tinggal berdua dengan Arata yang cupu ini.

"Ya, sudah. Kalau kamu terus bertanya, nanti kamu akan telat sekolah, loh. Hari ini upacara, kan."

Yuka melihat jam tangannya dan kaget, "Oh, iya. Kau benar juga. Aku harus berangkat sekarang kalau gak, pasti terlambat."

Dengan bergegas, Yuka langsung meninggalkan Arata dan Ayumi di rumah itu. Dengan sedikit menoleh, dia berkata, "Nanti aku ke sini lagi!" Dia mengatakan dengan cukup tegas.

Arata menghembus napas lega. Ayumi memiringkan mulutnya dan bertanya, "Kenapa Kakak bohong, Kak?"

"Semakin sedikit yang tahu tentang ini, semakin aman untuk tidak bocor ke musuh." Raut wajah Arata menjadi bijak ketika bicara seperti itu. Ayumi melihatnya dengan seksama.

***

Pagi tadi, Yuka sempat melihat kondisi makanan di daput Arata. Cuma terlihat makanan instan yang tersedia di sana. Nasi juga tidak ada, walau beras cukup banyak di sana. Hal itu membuat Yuka mengimpulkan kalau Arata kesusahan dalam menyiapkan makanan dengan tangan kirinya itu.

Dengan sedikit ngebut, Yuka pulang dan menyiapkan makan siang untuk Arata. Padahal, seharusnya akan ada rapat Osis di sekolah. Yuka menjabat sebagai sekretaris di sana. Dia berusaha untuk tidak terlalu terlambat untuk kembali ke sekolah.

Setelah siap memasukkan makan siang yang cukup bernutrisi juga, Yuka langsung mengantarkannya ke rumah Arata.

Betapa terkejutnya dia melihat bahwa di samping Arata, ada Ayumi yang sedang mengerjakan sesuatu. Yuka lupa kalau Arata sedang bersama Ayumi di rumah.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuka yang berdiri dekat meja makan. Posisi berdiri Arata dan Ayumi di tempat kran air dapur, membelakangi Yuka.

"Oh, hei, Yuka. Kau sudah pulang, ya. Ini aku lagi mengajarkan sepupuku ini cara memasak nasi."

Ayumi mengernyit sedikit karena masih merasa aneh dengan hubungan pura-pura ini. Di dalam hati, dia juga sedikit tidak terima.

"Oh, ya sudah. Ini ada bekal siang dari ibu, aku taruh di meja, ya." Padahal bekal itu dia buat atas kemauannya sendiri. "Aku balik ke sekolah dulu. Ada rapat soalnya. Nanti malam aku balik untuk mengambilnya."

"Wah, oke Yuka. Terima kasih. Hati-hati di jalan." Arata lalu lanjut fokus untuk memandu Ayumi memasak nasinya.

"Iya," balas Yuka. Tidak butuh waktu lama Yuka sudah dalam perjalanan ke sekolah lagi. Entah kenapa, dadanya agak sesak ketika Ayumi berada di dekat Arata. Dia merasa seperti posisinya akan direbut Ayumi.

To be continued~

================

Eh, Yuka kenapa tu, Gaes 😅

See you next part~

Thanks reading and dont forget vote, coment, and input in you library history for follow this next story. Thengkyu.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now