49

13 7 2
                                    

Lets vote and coment
Dont plagiat
Keep calm for reading!

=========
=========
"Sisanya kuserahkan padamu, Arata," ucap Eiko yang masih terperangah karena luka pada tubuhnya.

Arata dengan senyum kebanggaannya berujar, "Tentu saja!"

Urat kepala Eiji memberontak seakan ingin meledak. Tapi apalah daya, urat ya akan menjadi urat. Luapan emosi disalurkan dengan kepalan tangan Eiji.

"Bocah sialan!" Eiji penuh emosi maju siap menerjang Arata dengan serangannya. Begitu juga dengan Arata. Hingga kemudian terjadilah benturan bertubi-tubi antara pukulan dari keduanya.

Tidak ada yang mau mengalah. Semua bersikeras untuk tidak tumbang. Mereka terus berusaha menumbangkan orang yang ada di hadapannya.

Eiko dan Yuka yang bersandar di tepi tembok ruangan ikut merasakan kesakitan dan semangat juang dari Arata. Hingga pada suatu pukulan keduanya mundur ke belakang beberapa langkah mengambil jeda untuk mengambil napas.

Kemudian, setelah mereka merasa cukup sejenak ambil napasnya, secara cepat mereka bergerak mengambil sesuatu di saku masing-masing dan saling menodongkan pistol.

"Wah, cepat juga tanganmu," ucap Eiji.

"Tentu, sekarang bagaimana?" balas Arata.

Eiji mengeluarkan senyumannya. Entah kenapa Arata menangkap apa maksudnya hingga keduanya saling menarik pelatuk ke arah satu sama lain.

DOR!

Pistol Eiji hancur seketika. Pistol milik Arata terus maju menembus pistol hingga ke dada milik Eiji.

Sayangnya, Eiji yang memakai pakaian anti peluru juga hanya merasakan sedikit benturan di dadanya.

Pada pistol pada Eiji terlihat bahwa tidak ada peluru di dalamnya.

"Kenapa?" Eiji terheran-heran.

Eiko tersenyum geli walau keadaannya dalam keadaan sedang tidak baik, masih menahan sakit.

"Hehe, kena kau! Aku yang sudah menukarkan pistol milik Arata dengan milikmu."

"Anak haram sialan!"

"Maaf saja. Aku adalah anak hasil pernikahan yang sah kau dengan ibuku," jelas Eiko.

Yuka yang sedang berusaha menutup pendarahan pada Eiko cuma bisa terheran. Dia bingung dengan apa yang terjadi kepada Eiko dengan ayahnya. Tidak sewajarnya ayah dan anak sampai bermusuhan seperti ini.

"Nah, apa yang akan kau lakukan. Aku yang tidak terluka sedikit pun dengan tembakan pertama tadi." Senyum Eiji begitu percaya diri sekali sampai membuat Arata merasakan tekanan dari hawa keberadaan Eiji. Padahal Aratalah yang harusnya dalam keadaan diuntungkan di sini.

"Cepat angkat tanganmu!" bentak Arata.

"Woah, kau mau belagak seperti polisi, ya? Kalau aku tidak menurut, apa yang akan kau lakukan?"

Pertanyaan itu sungguh membingunhkan bagi Arata. Dia berpikir akan fatal sekali kalau ketika dia menembak, malah kena pakaian anti peluru atau berhasil dihindari oleh Eiji.

Dia berpikir cukup keras hingga keringat dingin menyelip dari jejeran keringat panas hasil bertarung sampai saat ini. Dipikirnya lagi hingga teringat pesan dari Satoshi yang menyatakan salah satu misi penting.

DOR!

Suatu peralatan seperti tempat jaringan meledak akibat tembakan dari Arata. Padahal benda itu tepat berada sejajar di belakang Eiji berdiri dari Arata.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now