28

11 9 4
                                    

Dont plagiat, please!

Stay enjoy~

Happy reading, gaes!

~~~~~

Matahari semakin menampakkan dirinya. Hari sudah semakin jelas menunjukkan pagi hari. Zazz berjalan keluar hingga tidak lagi nampak bokongnya. Arata yang sudah mulai terbiasa dengan sakit yang baru saja ia dapatkan, teringat sesuatu.

"Heh, sekarang hari senin, 'kan. Ya, ampun. Kita terlambat!" ucap Arata.

"Heh, kau benar! Tunggu sebentar," pinta Eiko. Dia tampak bergegas panik mengambil ke rumah dan tiba-tiba saja membawa ranselnya.

Arata yang sudah di atas motor, diikuti Eiko. "Antar aku ke sekolah!"

Tanpa pikir panjang lagi, Arata langsung menancap gasnya. Di persimpangan Arata berhenti. "Turun, Ko. Aku mau mandi dan ganti baju dulu ke rumahku yang ke arah kiri. Sedangkan sekolah kita ke arah kanan, 'kan."

"Ya, sudah. Lanjut ke rumahmu dulu kita!"

Dengan pikiran sedikit tidak terima, Arata langsung aja menancap gasnya kembali ke arah rumahnya. Dia tidak mengerti maksud dari Eiko ikut ke rumahnya.

Dengan bergegas, Arata turun dan langsung bersiap. Akan tetapi, Eiko ternyata juga ikut masuk ke dalam rumah.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Arata sedikit meneriaki Eiko yang ikut masuk tanpa izin.

***

Sekarang mereka telah siap. Eiko dan Arata sudah memakai pakaiannya masing-masing. Waktu mereka tidak banyak karena upacara bendera akan berlangsung dalam 100 detik lagi.

Tidak lupa, Arata berpesan kepada Ayumi untuk Ayumi datang bersama kakak Asami. Melihat kelakuan Arata yang membawa orang yang tidak dikenal itu ke rumahnya, ditambah mereka pergi seenaknya tanpa menghargai sarapan yang telah dibuat Ayumi, membuat Ayumi sedikit merasa jengkel.

Dengan kecepatan maksimal, Arata berboncengan dengan Eiko ke sekolah. Sayangnya, sesampainya di sekolah, bel berbaris sudah berbunyi 200 detik yang lalu.

Dengan tetap optimis, Eiko mengajak Arata untuk menaiki tembok seperti kemaren. Eiko merasa kalau sebelumnya dia hanya sedang sial saja.  Ketika akan mengendap ke belakang ke arah WC, lagi-lagi dia kepergok oleh Yuka. Bedanya sekarang dia kepergok tidak sendiri.

Pada saat upacara telah selesai, lagi-lagi Eiko dihukum untuk hormat ke bendera merah putih selama kurang lebih satu jam. Yuka juga jadi pengawas, kemudian Arata berada di tengah-tengah mereka.

Sejenak, Eiko ke tempat tasnya dan merogoh isinya.

"Apa yang kau lakukan? Kembali hormat!" bentak Yuka.

"Ah, ketemu. Ini, pakailah!" Sebuah payung diberikan Eiko kepada Yuka. Payung itu dapat melindungi Yuka dari sengatan matahari. "Aku tidak ingin kamu jatuh lagi, hanya karena kesalahan kami terlambat."

"T--terima kasih," ucap Yuka kemudian memakai payung itu.

"Cie ...!" potong Arata.

JITAK...!

"Aw ...," rintih Arata.

Kepala Arata di pukul oleh Yuka. "Diam kau! Hormat aja yang benar!"

"B--baik, Buk." Arata langsung segera hormat dengan Eiko yang tersenyum kalem.

***

Lonceng bel keluar istirahat berbunyi. Arata yang lupa sarapan tadi langsung bergegas ke kantin. Ketika hendak berlari, ada tangan seorang yang menahan dirinya di pundak dari belakang.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now