27

14 10 2
                                    

Dont plagiasi~
Happy reading!

~~~~~~~~

Sekitar dini hari, Zazz kembali sadar dari ketidaksadarannya. Keadaannya sekarang sudah terikat dengan tali di kursi. Di hadapannya sudah menunggu Arata, Eiko, dan Deon dengan sorot yang tidak bersahabat bagi Zazz.

Merasa sedikit perih di tangannya, Zazz melihat bahwa tangannya sudar dibalut untuk menghentikan pendarahannya.

"Bocah-bocah sialan. Jangan sok baik kalian!"

Deon melihat tingkah Zazz yang tidak sadar akan posisi membara ingin menghantamnya. Ketika akan mendekat kepada Zazz, Eiko menahan pergerakan Deon untuk menyuruhnya tenang terlebih dahulu. Padahal, Eiko juga ingin sekali menghantam Zazz kembali.

Arata yang kurang disorot, tiba-tiba bergerak tidak terduga. Arata menarik tuas pistol dan mengarahkannya kepada Zazz.

"Baiklah, sekarang sepertinya kau bisa menjelaskan motifmu melakukan ini semua," ancam Arata.

Zazz mengakui perbuatannya karena takut akan ditembak oleh pistol yang dipegang Arata. Zazz mengatakan kalau dia melakukan itu karena ayahnya Eiko, yaitu Eiji.

Flashback ON

Setelah berhasil menyelesaikan misi, Zazz pergi menemui Eiji untuk melapor. Eiji berkata, "Kerja bagus, Zazz. Sekarang, kau boleh pergi dan menunggu panggilan berikutnya."

Eiji memberi kode kepada anak buahnya, kemudian memberikan amplop bayaran kepada Zazz. Sebelum pergi, Zazz bertanya, "Bos, ingin bertanya kepadamu, Bos."

"Silakan," ucap Eiji.

"Apakah hanya anakmu yang akan menjadi penerus pemimpin geng ini kelak, Bos?" tanya Zazz.

Mengerti dengan maksud Zazz bertanya seperti itu, Eiji pun berkata, "Tentu tidak. Kalau kau bisa membunuhnya, mungkin aku bisa jadi penggantinya." Eiji tampak tersenyum licik.

"Baik, terima kasih, Bos." Dari perbincangan itu, Zazz berniat untuk segera menghabisi Eiko.

Flash back off

Eiko marah bukan main kepada ayahnya. Namun, rencana memanfaatkan Deon adalah murni rencananya Zazz. Akan tetapi, tetap saja ayahnyalah penyebab utama dari rencana Zazz.

Bersama Arata, Eiko membawa Zazz yang diikat tangan ke kediaman Eiji. Sekitar setengah jam perjalanan, mereka akhirnya sampai ke kediaman tersebut. Di sana, Eiko langsung menghubungi nomor Eiji. Namun, asistennya yang menjawab kalau Eiji tidak dapat diganggu untuk saat ini. Maka dari itu, Eiko dan lainnya menunggu kepulangan Eiji.

Tepat sekitar jam 6 pagi, Eiji pulang ke rumah. Dia berjalan diikuti para pengawal-pengawalnya. Berderat, pengawalnya berpenjar mengambil posisi untuk berjaga di tempat masing-masing.

Eiji berjalan ke arah Eiko dan yang lainnya yang sudah menunggu berjam-jam. Dia melihat Zazz, salah satu anak buah yang solid kepadanya dalam keadaan terikat dan babak belur dipegang Arata.

"Ada apa ini?" tanya Eiji.

"Ayah, dia telah berkhianat dengan berusaha membunuhku."

"Berkhianat?" Eiji sudah cukup dekat dengan Eiko yang sedang berdiri.

"I--, ugh!" Pukulan keras menghantam perut Eiko. Seketika itu, dia terduduk menahan kesakitan. "K--kenapa?"

"Jangan merengek seperti bocah ingusan seperti ini! Kau membuatku malu. Harusnya kau bisa menyelesaikan urusanmu sendiri!"

"T--tapi, dia mencoba un--"

Belum selesai Eiko menyelesaikan perkataannya, Eiji berucap, "Sudah, diam saja kau, cengeng!" Perkataan itu membuat Eiko bungkam.

Eiko yang diperlakukan seperti itu menahan gerutu kesalnya. Begitu juga dengan Arata yang memiliki alasan tersendiri kepada Eiji.

Dengan kecepatan tidak terduga, Eiji siap menghantam wajah Arata. Dengan ligat, Arata menangkisnya dengan tangannya.

"Wah, kau sekarang punya anak buah yang menarik, Nak." Kemudian, Eiji berdiri tegap merapikan jas nya. Lalu, dia berlalu masuk ke dalam rumah dengan tersenyum liciknya.

Tangan Arata yang terkena pukulan tadi terasa begitu sakit olehnya. Tangannya menjadi bengkak dan juga merah kehijauan. Arata dengan sekuat tenaga menahan sakit dan suaranya yang ingin menjerit.

"Hehe, aku pikir aku akan dibunuh," ucap Zazz yang sudah lepas dari ikatannya. Ternyata Zazz menyimpan pisau kecil di sakunya untuk memotong talinya.

Menyadari hal itu, Arara dan Eiko bergerak waswas dari pergerakan Zazz. Kemudian, Zazz bangkit dan angkat bicara, "Tenang saja, aku tidak lagi berniat membunuhmu. Aku pikir sesuatu hal yang menarik akan terjadi, wahaha...!" Zazz berjalan santai keluar dari halaman rumah itu ke luar.

***

Sepulang sekolah, Ayumi berjalan ke depan gerbang, menghampiri jemputannya. Ayumi tidak berjalan sendiri, melainkan berjalan bersama Fiza. Di depan gerbang, mereka berpisah menaiki jemputan masing-masing.

Ayumi diantar pulang seperti biasa oleh Asami. Hal itu sangat mujur karena kali ini ada Garry yang mengintai dengan motornya. Garry mengikuti Ayumi sampai di rumah. Namun, Garry sadar akan CCTV di rumah itu.

"Sial!" decih Garry.

***

"Hei, Bung. Kau sudah menangkap banyak?" Ichiro bertanya kepada seorang pemancing yang sepertinya seumuran dengannya.

"Hm, halo." Pemancing itu menatap heran kepada Ichiro. Setelah berpikir akan situasinya, pemancing itu berteriak, "Jangan mancing merapat juga kepadaku!"

"Ehm, maaf." Ichiro bergeser sedikit renggang dengan orang itu.

"Aku belum pernah melihatmu. Kau baru mencoba memancing, ya? Gerakan dan pancimganmu terlihat amatiran sekali," papar pria itu.

"Ya, begitulah. Aku juga pindah kemaren ke kota ini. Tempat lamaku ... oh, iya. Aku ingin bertanya tentang orang-orang yang memakai jaket serba hitam dengan logo burung gagak berwarna merah itu geng apa, ya? ...."

Di tempat lain, Asami yang telah mengantar pulang Ayumi pulang ke tempat tinggal barunya. Dalam rumah itu, bagian depan dijadikan tempat menjual barang asesoris yang unik. Asami membuka toko itu dan memutar peringatan 'open' di kertas yang digantung di kaca depan yang terlihat dari luar.

Seseorang pria datang ke tempat Asami untuk berbelanja. Pria tersebut terlihat dewasa, namun gerak geriknya seperti sedikit ceroboh. Yang mengejutkan dari pria ini adalah, dia mengenakan jaket hitam dengan motif gagak berwarna merah.

To be continued~

================

See you next part~

Thanks reading and dont forget vote, coment, and input in you library history for follow this next story. Thengkyu.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now