Part 02

132 45 223
                                    

Halo semua ...!

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan klik bintang di bawah setelah membaca, ya. Hehe ...

Happy reading ...!

_______________________________________

POV Arata ON

Pada waktu sore hari, aku disibukkan dengan tugas yang menumpuk. Hal itu, karena aku menonton anime yang cukup banyak karena cukup seru ceritanya. Kisahnya itu tentang seorang yang tidak memiliki bakat kekuatan super, mendapat kekuatan super karena tekad yang ia buat.

Benar saja, setelah menontonnya, aku menjadi meningkat drastis keyakinan bahwa aku bisa melakukannya. Aku jadi termotivasi untuk memberantas kejahatan di kehidupan nyata.

Sayangnya, baru saja push up lima kali, tanganku merasa sudah tidak kuat. Rasanya semua usahaku percuma dan aku cuma pecundang yang banyak mimpi.

Di saat itu, aku akan memutuskan untuk beralih belajar dan berusaha tidak membuat masalah saja. Aku mengerjakan tugas yang diberikan dan menghindari konflik yang mendekat kepadaku. Untungnya aku berhasil terhindari dari lingkaran seperti pemalakan atau pun babu di kalangan preman-preman di sekolah.

Lembar demi lembar aku baca, untuk mencari jawaban dari pertanyaan latihan soal matematika yang sedang aku kerjakan. Sedikit teori aku baca saja, sedangkan rumus aku catat dan hapal untuk kemudian diaplikasikan pada penyelesaian soal.

Tiba-tiba, terdengar suara teleponku berdering dan bergetar di kasur. Padahal, aku ingin fokus mengerjakan soal matematika yang aku gemari ini. Dua kali panggilan masuk aku abaikan. Kemudian, panggilan itu berbunyi untuk ketiga kalinya, aku abaikan sebagai bentuk penolakan sedang sibuk. Ternyata, masih aja dering telepon yang keempat yang aku pikir gawat atau bagaimana.

"Ah, siapa, sih?" tanyaku sembari bergerak mendekati sumber suara.

Dengan segera, aku melihat siapa yang menelepon sore-sore ini. Ternyata, yang menelepon adalah Satoshi.

"Iya, halo. Ada apa?"

"Itu, Bro. Buka channel 6. Ada berita heboh, Bro!"

"Hah, apaan? Aku sedang bemesraan dengan tugasku. Awas ya kalau gak penting," ucapku sembari bergerak menghidupkan televisi dan beralih ke channel yang Satoshi maksud.

"Wah, kenapa? Hanya artis cilik baru yang sedang diwawancara, tuh. Apanya yang 'wah'?" ucapku heran kepada temanku satu ini.

"Kamu dengarlah mereka sedang bahas apa! Lihat judul beritanya di layar bagian bawah! Udah?"

"Wah, iya. Dia akan buat film ke kota kita, ya?! Kenapa emangnya?"

"Wei, kamu gak kaget apa gimana gitu? 'Kan seru kalau bisa ketemu langsung seorang idol!" seru Satoshi.

"Gini ya, Sat. Kota kita ini cukup besar. Penduduknya juga gak sedikit. Meskipun kota kita agak terpencil, belum tentu bisa juga bertemu langsung dengannya. Jangan terlalu berharaplah," terangku dengan logis.

"Heleh, bisa diusahainlah. Pertama kita cari lokasi syutingnya bareng-bareng. Terus--" Perkataan Satoshi kupotong saja.

"Gak ah, malas." Setelah mengatakannya, aku menutup telepon itu. Aku kembali fokus untuk bemesraan dengan tugas MTK yang menggemaskan ini.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now