Part 04

40 20 8
                                    

Happy reading!

N-namamu?" tanya Arata.

"Ayumi," jawabnya sangat lemah.

Tubuh Ayumi melemah. Seketika itu, Ayumi jatuh dan genggaman tangannya pada kerah baju Arata terlepas. Dengan sigap, Arata menahan tubuh Ayumi.

Arata berkata, "K--kamu tidak apa-apa, 'kan? Ah, mana mungkin orang yang jatuh lemah begini baik-baik saja, ya. Sepertinya aku memang harus membawamu ke rumah sakit."

Gadis yang bernama Ayumi ini sepertinya benar-benar tidak kuat lagi berdiri. Kakinya melemah dan siap rebah kapan saja. Arata menahannya pelan-pelan, hingga Ayumi mendarat dengan keadaan aman, tanpa benturan. Tangan Arata masih menopang tubuh Ayumi pada bagian bahu.

Dengan nada sangat lemah, Ayumi menjawab, "Tidak perlu. Aku tidak sakit, kok." Ayumi mencoba untuk tetap tersenyum walau keadaannya sungguh mengkhawatirkan.

Senyum Ayumi tanpak agak dipaksakan. Bahkan, senyum itu pun hanya sekilas dan kemudian tampak datar lagi. Wajah Ayumi tampak pucat pasi, menandakan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Arata memperhatikan saja diri Ayumi dan berpikir cukup panik akan apa yang harus dia lakukan sekarang.

Tidak ada yang kemungkinan dimintai pertolongan jam segini. Arata kembali teringat Satoshi dan mencoba meneleponnya kembali. Dering pertama berlalu hingga dering kesepuluh juga tidak diangkat. Padahal, panggilannya masuk dan berdering di ponsel Satoshi.

Arata benar-benar dilanda kepanikan yang luar biasa. Ayumi sekarang hanya duduk terbaring mencoba mempertahankan kesadarannya. Sedangkan, Arata sudah mengambil kesimpulan kalau tidak ada orang untuk dimintai pertolongan yang bisa dia hubungi sekarang.

Seharusnya dalam kondisi ini, yang dihubungi yang paling tepat itu adalah ambulance. Akan tetapi, Arata juga tidak kepikiran untuk akan membutuhkan ambulance, maka dia tidak mecatat atau menyimpan nomor ponsel ambulance tersebut.

Tiba-tiba, terdengar suara perut Ayumi menggema. Arata berpikir bahwa Ayumi sekarang benar-benar butuh pertolongan seseorang. Ia harus membawa Ayumi pergi dari tempat sepi ini terlebih dahulu. Mana tahuan, di perjalanan, mereka dapat bertemu seseorang yang bisa dimintai pertolongan.

"Keadaan gadis ini sudah ditingkat gawat. Bunyi apa itu tadi? Apa ada suatu penyakit yang bisa membuat meledak? Ah, mengerikan, aku harus segera bertindak! Tapi, bagaimana ini?" batin Arata.

Jarak rumah sakit dari tempat mereka berada sangat jauh dibandingkan ke rumah Arata. Oleh karena itu, jika tidak cepat, maka akan gawat sekali kalau semuanya menjadi sangat terlambat. Nyawa seseorang sedang diperjuangkan di sini.

Setelah itu, diperhatikannya Ayumi, kemudian Arata menyadari bahwa Ayumi sekarang hanya memakai Slip Dress. Dengan segera, Arata membuka dan memakaikan jaketnya menutupi tubuh Ayumi.

Ayumi cuma tertegun. Dirinya sudah hampir diambang batas kesadaran. Dia ingin membalas kebaikan Arata dengan senyumannya, akan tetapi dirinya bahkan tidak punya tenaga untuk itu. Hanya kehangatan Arata yang dapat dirasakannya.

Kemudian, sambil membopong Ayumi di bahunya, Arata mengambil sebuah kain sarung di bawah jok motornya. Kemudian, Arata menaikan Ayumi duduk ke atas motor secara hati-hati, lalu dia mengikat dirinya dengan Ayumi. Hal itu dilakukan agar Ayumi tidak terjatuh saat Arata berkendara.

Motor dinyalakan dan Arata langsung berangkat ke bersama Ayumi. Dengan meneteskan air mata, Ayumi tersenyum dan memeluk erat Arata.

Sekarang Arata baru menyadari bahwa tubuh Ayumi memancarkan kehangatan yang ia rindukan. Ia teringat pelukan hangat ibunya semasa dia kecil. Sekarang keduanya merasakan kehangatan satu dengan yang lainnya.

The Cage Destroyer HeroDonde viven las historias. Descúbrelo ahora