32

12 8 0
                                    

Happy reading!

==============

Menit-menit menuju menuju waktu pulang, Garry seperti biasa kembali mengintai Ayumi di depan sekolahnya. Dia tetap menunggu dengan terus berharap kalau mobil itu datang terlambat hari ini. Kali ini dia tidak sendirian. Dia bersama dengan beberapa orang dewasa yang mengenakan jaket serba hitam.

Bel sekolah sudah berbunyi. Kali ini tidak tampak mobil yang biasanya menjemput Ayumi. Garry tersenyum penuh kemenangan. Ia berpikir kali ini adalah kesempatan emas untuk menyergap Ayumi.

Sebenarnya bisa saja ia minta tolong kepada adiknya, Listia untuk menjebak Ayumi. Namun, tidak masuk akal karena adiknya itu sedang menjauhi Ayumi.

Diamati dengan seksama, perempuan-perempuan yang keluar dari sekolah, akhirnya terlihat batang hidup Ayumi. Garry memberi aba-aba untuk segera bergerak, namun ternyata, malah Ayumi menaiki motor seorang pria yang tidak lain adalah Arata.

Setelah Ayumi naik, terlihat Arata yang langsung menancap gas motornya dengan cepat.

Ayumi berkata, "Kak, jangan cepat-cepat."

"Gak secepat kemaren, kok. Kalau masih takut jatuh, pegangan aja, Ay," ujar Arata di atas motor dengan maksud tidak modus. Arata adalah anak yang polos.

Garry dan kawan-kawan mencoba mengikutinya. Namun, di persimbangan jalan raya, mereka langsung kehilangan jejak. Arata melaju cukup cepat dan langsung berkelok di sebuah gang sebagai jalan pintas untuk ke tempat tujuannya, yaitu toko hiasan dinding.

Garry kesal karena lagi-lagi gagal menyergap Ayumi, bahkan dengan membawa orang-orangnya. Ketika kesal, matanya tidak sengaja menangkap seorang wanita yang menunggu jemputan di taman depan sekolah sendirian. Dengan pikiran liciknya, dia menemukan ide dan tersenyum licik.

Setelah selesai berbelanja, Ayumi minta ditemani juga ke mesin ATM untuk menarik sejumlah uang buat keperluan lain. Sayang sekali, ternyata akses ATM Ayumi diblokir entah mengapa. Ketika keluar dari mesin ATM tersebut, Ayumi terlihat sedikit murung mengingat uang yang terbatas. Dia tidak ingin membebani Arata lebih jauh lagi.

"Apa kau baik-baik saja, Ayumi?" tanya Arata.

Ayumi tersentak sedikit kaget ditanya Arata. "Tidak apa-apa, kok. Aku pulang, Kak." Dia menunjukkan wajah riangnya kembali. Di dalam hati, dia bertekad untuk menghemat uang yang ia miliki sekarang.

Tepat di saat sampai di rumah, Ayumi mengecek ponselnya. Arata sedang berjalan ke arah pintu masuk rumahnya. Ternyata banyak sekali panggilan tidak terjawab oleh teman Ayumi yang bernama Fiza. Ketika Ayumi mengecek chat dari Fiza sungguh tidak terduga, masalah serius lain menimpa Ayumi.

"Halo, sayang. Kau masih ingat aku, 'kan?! Datanglah kemari jika kau tidak ingin temanmu kenapa-napa. Di chat aku sharelock, ya. Aku beri waktu sampai pukul 16.00. Sampai jumpa, hehe."

Ayumi diam tertegun mendapat pesan tersebut. Rautnya kelihatan syok. Arata yang melihat dari kejauhan pun menyadari suatu hal tidak baik yang didapatkan Ayumi.

"Kak Arata, tolong aku." Ayumi panik mengingat waktu yang tersisa tinggal setengah jam lagi.

Dengan kecepatan yang bukan main, Arata mengebut sejadi-jadinya untuk sampai di tempat itu. Pada arah yang ditunjukkan google map sekitar satu jam sampai yang mengartikan hal ini sudah sangat mendesak.

Di perjalanan, Arata berselisih dengan Eiko yang sedang berboncengan dengan Yuka. Arata hanya fokus pada jalanan di depannya dan tidak melihat perselisihan tersebut.

Melihat raut wajah serius Arata, Eiko pun bertanya, "Anak ini mau kemana, ya? Sepertinya dia bersemangat sekali bermotornya."

"Tidak, itu bukan raut wajah 'semangat'. Itu, Eiko, cepat putar balik, ikuti Arata!" Yuka meremas panik pundaknya Eiko. Eiko yang mengerti situasinya bukan hal remeh, maka dia langsung berputar balik dan memasang mode pembalap liarnya. "Berpeganganlah yang erat, Yuka!" ujarnya.

Kecepatan Eiko ternyata tidak kalah dari kecepatan Arata. Walaupun tidak bisa mengejar Arata, namun ia mampu untuk mempertahankan jarak dan mengikuti laju motor Arata.

Jalanan sudah memasuki jalan sepi dan lurus. Dengan kecepatan yang bukan main itu, Eiko memegang kalungnya dengan motof api berwarna hitam itu.

"Fire BB, apa kalian mendengarku?" ucap Eiko di kalungnya tersebut.

"Tentu, Bos." Terdengar jawaban beberapa orang dari kalung itu. Yuka mendengarnya suaranya samar-samar, namun masih mengerti karena sekarang Yuka begitu erat dengan Eiko yang dipeluknya.

"Bersiaplah, semua. Jadwal kita percepat. Datanglah ke tempatku dengan radar lencana kita." Eiko melepaskan kalungnya dan kembali fokus menyetir dengan dua tangannya. Yuka yang melihat itu cuma bisa bertanya-tanya tentang apa yang dibicarakan oleh Eiko.

Di sisi Arata, Ayumi dengan erat memeluk Arata untuk tidak terjatuh. Walaupun dalam keadaan seperti itu, keduanya tidak sempat merasakan kehangatan masing-masing karena pikiran mereka tertuju dengan apa yang akan menanti mereka di tempat yang mereka tuju.

Arara baru saja terpikir tentang bahaya yang akan dihadapi mereka. Dari pada takut akan keselamatannya, Arata malah menghawatirkan keselamatan Ayumi yang sedang bersamanya. Satu hal yang perlu dia fokuskan bahwa menyelamatkan tanpa ada korban nantinya.

"Kak Ar, kita hampir sampai, di depan sana belok ke kiri, Kak."

Terlihar jalan kecil ke arah kiri. Arata berbelok dengan kemampuan rising barunya. Ia berhasil dengan mulus dengan mempertahankan kecepatannya. Mengingat tidak tahu apa yang di depan sana, Arata sedikit memelankan laju motornya. Di saat itu, ia baru sadar ada Eiko bersama Yuka mengikuti.

Sejenak, Arata merasa khawatir juga dengan Yuka. Mengingat Eiko bukanlah orang sembarangan, Arata mulai tidak cemas lagi akan keselamatan Yuka yang berada di belakangnya.

Kemudian, terlihat satu rumah yang terbengkalai di depan, dengan dua penjaga bersenjata di sana. Mereka berdua membidik Arata seorang dengan kewaspadaan yang tinggi. Menyadari dirinya yang terancam, Arata langsung saja mengeluarkan pistol dengan satu peluru itu ke arah salah satu penjaga tersebut dan melesatkan satu tembakannya. Tembakan itu berhasil mengenai tangan pemegang pelatuk pistol salah satu penjaga.

Sayangnya, satu penjaga lagi langsung menembakkan pistolnya kepada Arata secara membabi buta. Namun, Arata langsung rising ke arah hutan dan berlindung dibalik pohon bersama motornya dan Ayumi.

Tiba-tiba, Eiko mempercepat laju motornya sangat cepat. Yuka terkejut dengan tingkah ceroboh Eiko itu. Yuka berkata, "Hei, hei, hei ... Apa yang kamu pikirkan? Jangan gila!"

Eiko tidak menghiraukannya dan semakin mendekat ke penjaga yang menembaki Arata tersebut. Tindakan tersebut seakan tindakan bunuh diri saja. Benar saja, penjaga yang tersisa tersebut beralih kepada Eiko dan menenbakinya dengan tembakan mengerikan itu.

Yuka histeris ketakutan sambil memegang erat kepada Eiko. Secara mengejutkan, Eiko menaikkan satu roda depannya sehingga secara tidak langsung melindungi dirinya dan Yuka dari tembakan. Ban depan tersebut, secara cepat, berhasil membentur kepala orang itu dan membuatnya pingsan.

To be continued~

================

See you next part~

Thanks reading and dont forget vote, coment, and input in you library history for follow this next story. Thengkyu.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now