48

17 12 9
                                    

Please vote and coment~
Dont plagiat
Happy reading!

=========

     =========
Pertarungan sudah terpecah kemana-mana. Tepatnya, keributan itu terjadi di semua lantai markas pusat geng Gagak Merah, kecuali lantai 4.

Pada lantai 4, Arata, Eiko, dan Yuka baru memasuki ruangan dengan cahaya cerah itu. Di sebuah kursi ruangan, terlihat sosok pria tua yang sedang menyaksikan siaran TV mengenai berita yang terjadi di pusat kota.

'Hah, woah, mengejutkan sekali. Seperti yang diharapkan dari anakku,' gumam Eiji sembari tersenyum tipis.

"Wah, ada perlu apa tamu yang tidak diundang datang ke ruanganku?" ucap Eiji, "Kau sudah siap dengan konsekuensinya 'kan, Anak Tidak Tahu Diuntung!?"

Sembari mematikan puntung rokoknya di asbak, Eiji mulai berdiri dengan tegap penuh percaya diri.

"Kami akan menghabisi riwayatmu di sini!" seru Eiko.

"Bukannya kau terlalu percaya diri, bocah?!" balas Eiji.

Eiko menggeram penuh emosi yang menggebu-gebu. Tubuhnya tidak sabar lagi ingin melayangkan hantaman pada wajah ayahnya sendiri.

Dalam situasi itu, Arata menepuk pundak Eiko agar dia segera tenang.

"Tenangkan dirimu, Ko. Jika kau terpancing emosi, seranganmu akan banyak celah."

"Fwuuh, terima kasih Arata."

Sedangkan di belakang mereka, Yuka berkomsentrasi penuh untuk menyiapkan serangan pada lawannya.

"Eh, ayah?! Kau anaknya orang itu?" tanya Yuka setengah terkejut.

"Hah, apa ini? Kau ngapain masuk juga, Yuka? Di sini bahaya!" Arata mengingatkan.

KLANK

"Aduh!" Kepala Arata dipukul dengan tongkat oleh Yuka. "Sakit, weh!"

"Kau pikir, siapa yang sering melindungimu dari palakan, Ar?! Jangan kira kau yang baru latihan beberapa minggu saja merasa lebih kuat dariku?!" Yuka sedikit menggembungkan pipinya.

"Aish, merepotkan saja," ucap Arata.

KLANK

"Aduh, sakit!" Kepala Arata dipukul untuk kedua kalinya.

"Arata, kita akan bergerak dalam hitungan ke-3," ujar Eiko.

Arata memfokuskan pandangannya ke depan. Dia beraama Eiko bersiap mengambil ancang-ancang menyerang.

Eiji menunggu dengan tersenyum meremehkan.

"Aku juga sudah siap," ujar Yuka.

Gerakan dua lelaki itu terhenti. Eiko mengambil sebuah kartu dari saku celananya kemudian menuju ke arah pintu keluar kembali.

Sembari berjalan, Eiko berucap, "Gadis galak, kau keluarlah dan bantu yang di bawah."

"Huh? Jangan-jangan kamu meremehkanku juga?!" Yuka merasa jengkel.

"Sudah ikut aja, Yuka. Lagian di bawah lagi ada pertarungan paman Ichiro melawan 3 orang sekaligus lagi. Di sini cuma satu orang, kami berdua saja cuk--"

Ketika hendak menggesekkan kartu PIV yang bisa membuka pintunya tersebut, tangan Eiko yang sedang memegang kartu itu ditepis oleh tangan Eiji yang datang begitu saja.

"Huh?!" Sontak, Arata dan Yuka terkejut bukan main. Sedangkan, Eiko sedikit menahan sakit dari serangan dadakan itu.

Pukulan dilesatkan ke arah Eiko. Untungnya, Eiko sempat bergerak cepat untuk menangkisnya.

The Cage Destroyer HeroWhere stories live. Discover now