Chapter 22

131 44 0
                                    

Ruang tengah apartement Phantom mendadak sunyi, hanya suara televisi yang terdengar memecah keheningan, mereka semua tengah fokus menonton berita klarifikasi Samuel atas scandal yang menimpa laki-laki itu dengan asisten menejer mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang tengah apartement Phantom mendadak sunyi, hanya suara televisi yang terdengar memecah keheningan, mereka semua tengah fokus menonton berita klarifikasi Samuel atas scandal yang menimpa laki-laki itu dengan asisten menejer mereka. Hanya Gian yang tidak terlihat di tengah-tengah mereka, laki-laki itu lebih memilih tidur di kamarnya dari pada mendengarkan berita tidak penting itu.

Afan tidur di pangkuan Chio, tidak biasanya Chio merelakan kakinya untuk dijadikan bantal orang lain, tapi entah kenapa sekarang ia membiarkan Afan tidur di sana, padahal biasanya mereka selalu bertengkar bahkan hanya karena hal kecil.

"Untung Newbie segera ambil tindakan yah," ujar Chio tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

Leon mengangguk, "Kalau nggak, gue ngga tahu lagi apa yang akan terjadi pada Momo."

Afan bangkit dari tidurnya, "Kasihan Momo," dengkus laki-laki itu.

Leon mengerutkan keningnya, "Kasihan? Bukannya lo yang sering bikin dia susah?" Sindir laki-laki itu.

Afan terkekeh sambil menggaruk keningnya.

"Tau tuh," ujar Chio ikut mengintimidasi.

"Lo juga!" teriak Leon sambil menghembuskan napas kasar.

Afan terbahak, "Mampus lo."

Plak!

Chio menepuk kepala bagian belakang Afan, yang membuat kepala laki-laki itu terhuyung ke depan.

"Chio!" Teriak Afan, yang disambut cekikikan laki-laki itu.

"Apa lo? Babi!" maki Chio sambil menjulurkan lidahnya menghina.

"Stop!" teriak Leon.

Afan dan Chio yang sudah dalam posisi ingin berkelahi, mengurungkan niat mereka, lantas keduanya kembali duduk tenang.

"Gue mau nonton klarifikasi Samuel, bukan mau nonton kalian ribut!" ujar Leon dengan tatapan tajam.

Keduanya hanya diam sambil kembali menoleh pada televisi yang sekarang tengah menyorot Samuel, Avian dan direktur Newbie yang tengah duduk di meja panjang itu dengan blizt kamera.

"Samuel anak semata wayangnya direktur kan?" tanya Afan tiba-tiba.

"Kenapa? Lo mau daftar jadi anak keduanya?" tanya Chio.

"Ya kalau Samuel mau jadi saudara gue, gue mah ga nolak," ujar Afan sambil tersenyum dengan menampakkan deretan giginya.

Chio tertawa geli, "Ya kali dia mau bersaudara sama badak bercula satu," hina laki-laki itu.

Afan mengerutkan bibirnya sambil menatap Chio tajam, "Dari pada lo babi hutan!"

Leon menghela napas sambil berdiri dari duduknya, "Kapan kalian akur hmm?" tanyanya.

"Mau ke mana?" tanya Chio sambil menautkan kedua alisnya.

"Manggil Gian," jawab Leon singkat.

Lantas laki-laki itu segera berjalan menuju kamarnya, dan hilang di balik pintu. Sesampainya di kamar, mata Leon langsung menangkap Gian yang tengah berbaring di atas ranjangnya dengan kaos putih polos dan celana pendek berwarna abu-abu.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang