Chapter 64

87 24 26
                                    

Mata Jessica menatap lekat ke arah Gian dan Momo yang masih mematung di tengah derasnya hujan, sesekali bahkan bibir tipis berlipstik merah pekat milik gadis itu sedikit terangkat, tersenyum remeh menantikan keributan yang akan terjadi karena ulahnya.

Dari dalam HR-V putih, gadis itu masih diam menunggu, tidak melepaskan pandangannya sedikitpun dari Gian dan Momo yang berada di seberang jalan. Meski pandangannya sedikit tertutup taxi yang berhenti tepat di depan pekarangan rumah Momo, namun Jessica masih bisa melihat dengan jelas jika gadis itu sudah menemukan kotak berpita merah yang ia kirimkan.

"Ayo buka kotaknya," desis Jessica.

Gadis itu kembali mengangkat sudut bibirnya mengulum senyum penuh arti.

"Saat-saat yang gue tunggu akhirnya datang," ujar gadis itu lagi sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada setir mobil.

"Gue nggak akan biarin kalian bahagia dia atas penderitaan gue, udah saatnya bom waktu itu gue ledakkan, maka nikmatilah," lirih gadis itu.

"It's show time!" teriak Jessica sambil tertawa dengan sangat keras sampai membuat air mata jatuh dari sudut mata gadis itu.

Gemuruh hujan di luar meredam tawa Jessica yang kian mengeras, gadis itu benar-benar menikmati saat-saat dimana dia akan meledakkan bom yang telah lama ia simpan demi mendapatkan momentum yang tepat untuk meledakkannya.

Tetesan hujan sudah memenuhi kaca mobil Jessica bagian depan, yang membuat gadis itu harus menatap lebih tajam karena kaca mobilnya mulai berembun tertimpa butiran hujan. Ia tidak ingin kehilangan sedikit pun dari pertunjukan yang telah lama ia nantikan itu.

"Sayang, ada apa!?" teriak Gian lebih keras.

Momo tidak berkutik sama sekali, tubuh gadis itu sudah bergetar hebat, entah sejak kapan, tapi bulir hangat dari matanya telah menyatu dengan tetesan hujan yang kian lebat mengguyur tubuhnya.

Gadis itu mencengkram dress di dadanya dengan kuat, rasa nyeri menusuk ribuan kali di sana, gadis itu menggeleng kasar, seakan menolak percaya dengan apa yang ia lihat di dalam kotak asing itu.

Melihat Momo yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa, Gian menghela kasar sambil menggeleng gusar, lantas menerobos pagar pekarangan Momo dan berlari ke arah gadis itu.

Tepat saat Gian berhenti di sisi Momo, laki-laki itu mengerutkan keningnya menatap kotak berpita merah di bawah kaki gadis itu, beberapa foto dan kertas bertebaran di sekitarnya, yang membuat Gian perlahan menunduk, mengambil beberapa foto dan kertas yang sudah benar-benar basah itu.

Kertas-kertas itu terlihat seperti artikel dan koran-koran lama dengan kertas yang sudah menguning, sedangkan gambar di foto berisi beberapa mobil yang telah hancur karena tabrakan. Dengan rasa penasaran yang kuat, Gian perlahan membaca tulisan yang hampir tidak jelas karena tertimpa hujan itu.

Gian Bramana Alexander, bocah 14 tahun pengemudi maut yang sebabkan kecelakaan beruntun di Tol Mercubuana.

Mata Gian terpaku setelah membaca judul dari salah satu artikel yang dipegangnya itu, dengan wajah yang sudah memucat, Gian menggeleng tidak percaya, lantas memungut lebih banyak kertas di bawah kakinya, dan membaca satu persatu judul artikel dan koran lama itu, yang mana semuanya diterbitkan di tahun yang sama, yaitu sembilan tahun lalu.

Diduga mabuk saat mengemudi, bocah 14 tahun bernama Gian Bramana Alexander tewaskan 3 orang di Tol Mercubuana kilometer 113.

Diduga mengemudi dalam keadaan mabuk, bocah di bawah umur bernama Gian Bramana Alexander, pengemudi maut Civic Sport hitam tanpa plat nomor kendaraan, tewaskan tiga orang dalam kecelakaan beruntun di Tol Mercubuana kilometer 113 pada Minggu malam waktu setempat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Where stories live. Discover now