Chapter 33

82 29 10
                                    

Gian bersandar pada dinding dengan melipat kedua tangannya di dada, sengaja berdiri di sana menunggu Samuel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gian bersandar pada dinding dengan melipat kedua tangannya di dada, sengaja berdiri di sana menunggu Samuel. Namun Samuel hanya melewati laki-laki itu tanpa peduli, sambil bersiul dan memutar-mutar kado dengan bungkus putih di tangannya.

"Kenapa lo ajak Momo ke sini?" tanya Gian, yang membuat langkah Samuel terhenti.

Samuel menoleh, "Kenapa? Ini kan juga rumah gue."

Gian menyeringai dingin, "Gue kenal siapa lo, nggak mungkin lo bawa dia tanpa niat tertentu."

"Nggak ada salahnya kan, memberi makan kijang sebelum memangsanya?" ujar Samuel sambil tersenyum.

Gian mengepalkan tangannya, "Jangan sentuh gadis itu."

"Kenapa sekarang lo peduli? Bukannya lo yang bilang waktu itu, kalau lo bahkan nggak peduli sekalipun gue ajak main di ranjang?" tanya Samuel sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Jangan sentuh gadis itu," ucap Gian lagi, kali ini terdengar semakin dingin.

Samuel mendekatkan wajahnya ke telinga Gian lalu berbisik, "Tapi gue pengen ngajak dia main di ranjang gue, ssttt aahhh," desah laki-laki itu sambil menjilat bibirnya.

"Bangsat!" maki Gian sambil mendorong tubuh Samuel menjauh dan meninju tepat di rahang laki-laki itu.

Samuel meringis sambil memegangi rahangnya, "Lo ngambil semuanya dari gue Gi, sekarang gantian."

Gian meraih kerah jas Samuel, "Semuanya? Apa yang gue ambil! Hah?" teriak Gian dengan suara serak dan dingin.

"Papi dan Jessica," gumam Samuel menatap mata almond Gian nanar.

Gian tersenyum miring, lalu ia melepaskan cengkramannya sambil menyibak rambutnya.

"Lo sentuh Momo, gue bunuh lo!" Ancamnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Samuel yang sekarang masih mematung menatap nyalang Gian sambil merapikan kerah jasnya yang kusut karena cengkraman adik tirinya itu.

******

Dentingan sendok memenuhi ruangan makan mewah kediaman Adiwiyata group, empat orang yang tengah duduk di meja makan itu tampak larut dengan pikiran mereka masing-masing, hanya Natalie yang sesekali mengajukan pertanyaan pada semua orang.

"Kenapa nggak pakai jas Gi?" tanya Natalie.

Momo menoleh pada Gian dan baru menyadari kalau laki-laki itu ternyata tidak berpenampilan formal seperti yang lain, ia hanya memakai kaos polos dan celana jeans berwarna hitam yang dipadu dengan jaket kulit coklat.

"Nggak pengen," ujar Gian singkat.

Natalie menghela berat, "Seharusnya kamu pakai setelan jas kaya Samuel dan Papi, bukannya berpakaian kaya mau ke gunung gitu."

Gian memutar sendok di piringnya dengan tangan kanan, sedangkan tangannya yang satu lagi berada di bawah meja mengepal dengan sangat kuat menahan agar getaran tubuhnya tidak lolos.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Where stories live. Discover now