Chapter 38

44 21 3
                                    

Momo seenaknya bergelayut di punggung Gian, gadis itu belum sepenuhnya sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Momo seenaknya bergelayut di punggung Gian, gadis itu belum sepenuhnya sadar. Bahkan, beberapa kali ia terdengar bersenandung di sepanjang jalan.

Gian yang menggendong gadis itu hanya diam, sambil sesekali membenarkan posisi Momo di punggungnya, karena gadis itu tidak bisa diam dan terus bergerak.

"Gi."

"Hm?"

"Gi."

"Apa?"

"Gi."

Tidak ada lagi sahutan dari Gian, yang membuat Momo malah meletakkan tangannya di kepala Gian dan mengacak-ngacak rambut laki-laki itu.

"Tumben lo nggak manggil mas Avian," desis Gian sambil menggelengkan kepalanya menghindari tangan Momo.

Lalu Momo mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Gian, gadis itu nggesek-gesekkan hidungnya di sana, lalu mengendus seperti anjing pelacak.

Gian menghela berat, sepertinya kebiasaan gadis dalam gendongannya ini saat mabuk adalah mengendus leher orang lain seperti anjing. Terakhir, bahkan Momo meninggalkan lipstiknya di kerah kemeja Gian yang membuat Leon salah paham.

"Jangan," larang Gian.

"Baunya enak."

"Kotor."

"Baju lo wangi."

Gian mendengkus dengan penuh kesabaran, napas Momo terasa hangat menyapu lehernya.

"Tadi gue keringetan, kotor."

Momo tidak menghiraukan ucapan laki-laki itu, dan masih menggesek-gesekkan hidung seenaknya.

"Gue turunin nih, kalau ga mau berhenti," ancam Gian.

Tapi Momo malah semakin membenamkan hidungnya, yang membuat Gian menurunkan gadis itu dengan paksa dari punggungnya.

Momo yang belum sepenuhnya sadar, tidak mampu menginjakkan kakinya secara kokoh, membuat gadis itu limbung dan tepat saat Momo hampir tumbang, Gian dengan sigap menangkap kembali punggung gadis itu.

Momo tersenyum sambil menatap Gian yang juga tengah menatapnya, lama meraka saling tatap, dengan posisi tubuh Momo yang masih dipegangi Gian. Wajah gadis itu begitu tenang dalam keremangan lampu jalan, jantung Gian mulai menggila, ini pertama kalinya dia bisa melihat wajah Momo secara dekat dan leluasa tanpa mengkhawatirkan apa pun.

"Entah sejak kapan, tapi sepertinya gue udah jatuh cinta sama lo Mo," ujar Gian.

Momo masih tersenyum, "Gian jelek."

Gian mendengkus pelan, apa yang dia harapkan dari gadis yang tengah mabuk ini? Lalu laki-laki itu kembali mengangkat Momo dan mengendong gadis itu di punggungnya, berjalan menyusuri malam yang semakin dingin menusuk tulang.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang