Chapter 20

134 36 1
                                    

Momo duduk di salah satu kursi yang sengaja disediakan di sepanjang pinggir jalan, gadis itu tengah menunggu Gian membeli ice cream untuknya di toko seberang jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Momo duduk di salah satu kursi yang sengaja disediakan di sepanjang pinggir jalan, gadis itu tengah menunggu Gian membeli ice cream untuknya di toko seberang jalan. Ponsel di tangannya ia tatap lama, sambil membuka perlahan pesan-pesan yang masuk dari semalam di ponselnya.

Momo sudah memberi kabar Fransiska dan Jian, kalau ia tidak apa-apa dan akan menjelaskan semuanya nanti. Sekarang gadis itu tengah menscroll layar ponselnya, menatap pada kolom komentar di Instagramnya yang telah diserbu ribuan netizen yang merupakan fans fanatik Samuel.

Cewek murahan!

Jangan nodai Samuel kami!

Benalu dikehidupan Samuel.

Sok cantik!

Numpang pemes yah Mba, kasian banget.

Newbie ambil langkah tegas dong!

Ini cewek beli saham Newbie yah? Sampai bisa jalan sama Samuel?

Gue iri, gue bilang woi! Anjing bat dah!

Gue lebih iri sama ini cewek, dari pada sama Sisca khol.

Pasang pelet di dukun mana sih Mba? Kasih tahu dong.

Gila! Peletnya mujarab njir.

Ditunggu klarifikasinya yah Mba, apa hubungannya sama Samuel.

Yaelah, pembantu Samuel doang kok, malah kalian ributin.

Jangan kasih panggung dia, pansos doang mah ini.

Momo menghela napasnya berat, matanya bahkan terasa perih karena ia tidak berkedip sama sekali saat membaca beberapa komentar teratas di salah satu postingan Instagramnya itu.

Dadanya terasa panas, terbakar rasa marah yang begitu besar di dalam sana, kenapa orang-orang itu berkata seenaknya saja tanpa tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya?

Perkataan para fans Samuel benar-benar menusuk tajam ke relung hatinya, bagaimana manusia bisa berkata jahat seperti itu, tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.

Netizen zaman sekarang, semakin tidak bijak dalam bermedia sosial, apakah dengan menulis komentar jahat seperti itu akan membuat mereka terlihat lebih baik?

Di sisi lain, mungkin tidak semua orang siap dengan komentar menyudutkan seperti itu, tanpa mereka sadari, ucapan jahat mereka itu telah membunuh karakter seseorang.

Momo kemudian menyeka sudut matanya yang kembali berair, lalu memasukkan ponselnya kembali ke tas sandangnya, ia tidak ingin lagi membaca komentar orang-orang yang memenuhi feed Instagramnya itu, karena hanya akan membuat kepalanya bertambah pusing saja.

Plok!

Sesaat setelah gadis itu memasukkan ponsel ke tas sandangnya, sesuatu yang keras sekaligus cair menimpuk kepalanya, cairan kekuningan itu mengalir ke wajahnya, mengeluarkan aroma amis yang memekakkan hidung.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang