Chapter 47

34 19 5
                                    

Sebelum lanjut baca, follow dulu bagi yang belum, biar enak bacanya.

Follow juga Ig Kao untuk lebih dekat, supaya tidak ketinggalan informasi.

Momo tengah serius mengaduk tumis kangkung saus tiram dengan asap mengepul dari teflon di depannya, sejak ia mulai sering membantu Leon di dapur, gadis itu sepertinya sudah telaten memainkan spatula di tangannya, ia bahkan terlihat begitu enjoy me...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Momo tengah serius mengaduk tumis kangkung saus tiram dengan asap mengepul dari teflon di depannya, sejak ia mulai sering membantu Leon di dapur, gadis itu sepertinya sudah telaten memainkan spatula di tangannya, ia bahkan terlihat begitu enjoy meski beberapa kali terbatuk dan bersin karena asap masakannya sendiri.

Leon yang tengah memotong tahu menoleh dengan penuh minat, sambil sesekali menyunggingkan senyum tipis tatkala melihat ekspresi lucu asisten menejernya itu saat meringis menghindari asap, bahkan sepertinya mata gadis itu sudah berair dan memerah.

"Mau tukeran?" tanya Leon sambil mengacungkan pisau dan sepotong tahu di tangannya.

Momo dengan cepat menggeleng, ia bahkan masih ingat bagaimana pisau itu terakhir kali mengiris jari telunjuknya, dan ia cukup trauma untuk kembali berurusan dengan potong memotong, sepertinya bertempur dengan asap jauh lebih baik.

"Nggak deh, terakhir telunjuk yang gue potong," ringis gadis itu kemudian.

Mendengar itu, Leon malah terbahak, ia masih ingat kejadian beberapa waktu lalu itu, saat Momo mengiris jari telunjuknya sendiri, dan bagaimana paniknya ia saat mendengar teriakan Momo, di tambah darah segar sudah mengucur dari telunjuk gadis itu.

"Jadi ceritanya kapok nih?" Cibir Leon.

Momo berdecak sebal, sambil menyipitkan matanya.

"Kapok lah! Gue hampir kehilangan jari telunjuk," dengkus gadis itu.

Leon kembali terbahak, ekspresi gadis itu seakan mengatakan kalau pisau adalah benda mematikan, yang harus dihindari layaknya rudal balistik¹.

"Lo takut darah?" tanya Leon sambil kembali memotong tahunya.

Momo menggeleng, "Kenapa gue harus takut sama sesuatu yang ada di dalam tubuh gue sendiri."

"Terus?"

Saat gadis itu akan menjawab, matanya menangkap Gian yang tengah mematung tidak jauh dari pintu dapur. Netra almond laki-laki itu menatap kosong ke arah Momo dan Leon yang sejak tadi asik bercengkrama sambil memasak.

"Gue cuma nggak suka aja liatnya," jawab Momo dengan mata lurus menatap Gian.

Mata keduanya bertemu beberapa detik, sebelum akhirnya Gian meneruskan langkahnya menuju meja makan di sisi kanan ruangan itu, ia tampak begitu tenang dan terlihat tidak terusik sama sekali oleh keberadaan Leon dan Momo di sana.

Meski sambil mengaduk masakannya, Momo dapat melihat jika laki-laki itu tengah menuangkan air ke gelas, lalu meneguknya perlahan, dan membuat jakun sialan itu turun naik, yang berhasil menambah mumet isi kepala Momo.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang