Chapter 41

38 17 2
                                    

Momo menarik napas beberapa kali sambil menatap kosong pintu apartement Phantom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Momo menarik napas beberapa kali sambil menatap kosong pintu apartement Phantom. Gadis itu masih berdiri terpaku dan tampak enggan untuk masuk. Pasalnya, setelah kejadian kemarin di taman, bagaimana ia akan menghadapi Gian hari ini? Pasti akan terasa canggung sekali.

Entah kenapa otaknya tidak bisa berpikir dengan baik kemarin, dan malah mengatakan sesuatu yang seharusnya ia sembunyikan sampai mati, fakta tentang Gian yang ternyata menyukainya, dan sekarang laki-laki itu juga malah tahu kalau Momo sudah mengetahuinya.

Belum lagi ajakan Gian untuk ikut bersamanya, meskipun Momo belum memberi jawaban, itu membuat gadis itu kacau semalaman, yang ia lakukan hanya membolak balik tubuhnya seperti ayam di pemanggangan. Lagian, siapa juga yang akan bisa tidur, saat seorang pria mengajak untuk ikut bersamanya.

"Kok nggak masuk?"

Momo menahan napasnya, ia tahu betul siapa yang bicara barusan, itu sudah pasti Gian. Gadis itu kemudian memutar tubuhnya perlahan, ia tidak boleh mempermalukan dirinya sendiri, meskipun saat ini jantungnya sudah berdetak tidak terkendali.

Kenapa malah orang yang paling dihindarinya hari ini, yang malah bertemu bertama kali. Sialan! Gerutu Momo dalam hatinya, setelah itu ia tersenyum kikuk ke arah Gian yang sepertinya baru pulang lari pagi.

Seperti biasa, laki-laki itu selalu terlihat tampan dengan postur tubuh yang ideal, dengan baju kaos berwarna biru langit yang sedikit basah di bagian lehernya, ditambah handuk kecil putih yang menggantung di sana, lalu earphone putih yang bertengger di kedua telingannya. Bisa dipastikan, bahkan dengan tatapan dingin dan wajah tanpa senyum pun, sepertinya Gian tetap akan membuat kaum hawa mati terpesona, seperti halnya Momo saat ini, gadis itu bahkan sudah lupa bernapas.

"Hai," sapa gadis itu sambil kembali bernapas.

Gian mengerutkan alisnya, "Lo kenapa?" tanyanya bingung.

Momo dengan cepat menggeleng, lalu melirik sekilas jam tangannya, "Tumben pulang lari paginya cepat?" tanya Momo basa basi, hanya untuk menyembunyikan kegugupannya.

Gian tidak menjawab, kemudian ia melangkah ke arah pintu, dan melewati Momo begitu saja, yang membuat gadis itu menahan napasnya, tak ingin mencium aroma Gian yang mungkin akan membuatnya semakin kewalahan.

"Pengen aja," jawab Gian sambil menekan password pintu.

Momo mengangguk, seperti biasa, Gian bahkan tak perlu repot-repot memikirkan alasan untuk melakukan sesuatu. Laki-laki itu mungkin saja bergabung dengan Phantom hanya karena bosan, atau bisa juga karena gabut. Lalu apa yang membuatnya repot-repot memikirkan jawaban dari pertanyaan Gian kemarin? Bisa jadi Gian menyukainya dan mengajaknya pergi hanya karena laki-laki itu iseng. Buktinya, sekarang Gian malah terlihat santai saja, barangkali ia sudah melupakannya begitu saja, disaat Momo bahkan tidak tidur semalaman karena memikirkan pertanyaan itu.

"Nggak masuk?" tanya Gian tanpa ekspresi, sambil menahan pintu.

Momo terkesiap, ucapan Gian membuyarkan lamunannya, kemudian gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu dengan terburu-buru memasuki apartement.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang