Chapter 63

45 19 3
                                    

Setelah menghentikan sebuah taxi, Gian dan Momo lantas masuk dengan tergesah, keduanya menyandarkan tubuh mereka pada jok kursi dengan napas terengah, berusaha mengatur napas yang memburu hebat sehabis berlari dengan sangat cepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah menghentikan sebuah taxi, Gian dan Momo lantas masuk dengan tergesah, keduanya menyandarkan tubuh mereka pada jok kursi dengan napas terengah, berusaha mengatur napas yang memburu hebat sehabis berlari dengan sangat cepat.

Dengan keringat yang masih bercucuran, Gian menoleh ke arah Momo yang juga tengah menatapnya, detik berikutnya, gadis itu malah tertawa dengan sangat keras, menurutnya berlarian seperti barusan seru juga, sedangkan Gian hanya tersenyum menatap kekehan pacarnya itu.

Di kursi mobil bagian depan, supir taxi menatap kedua penumpangnya itu lewat spion tengah, sambil mengerutkan kening keheranan, ia masih diam menunggu perintah kemana keduanya akan diantarkan.

"Maaf, Mbak sama Mas nya mau saya antar ke mana?" Tanya supir taxi itu akhirnya.

Mendengar itu, keduanya saling menatap, Momo mengangkat kedua alisnya ke arah laki-laki itu yang membuat Gian berdehem sambil membenarkan posisi duduknya.

"Ke alun-alun kota yah Pak," jawab laki-laki itu akhirnya.

Supir taxi itu mengangguk, setelah ia menekan argo¹, perlahan taxi mulai bergerak.

"Alun-alun?" tanya Momo sambil merapikan dressnya yang kusut.

Gian mengangguk sambil melirik jam tangannya, "Masih ada waktu untuk kita jalan-jalan sebentar."

"Tapi alun-alun ramai Gi, kamu__"

Ucapan gadis itu seketika terhenti, saat Gian memperlihatkan masker hitam ditangannya.

"Aku punya ini, kamu tenang aja."

"Iya, tapi__"

"Sayaaanggg," Gian berujar manja sambil meraih tangan Momo dan menggenggamnya lembut.

"Aku juga pengen ngerasain pacaran normal seperti orang-orang," ujar laki-laki itu sambil menatap mata Momo dalam.

Mendengar itu, Momo menghembuskan napasnya, lantas gadis itu mengangguk samar yang membuat senyum Gian merekah sempurna, lantas laki-laki itu menjatuhkan kepalanya ke pundak Momo, dan bersandar dengan nyaman di sana sambil menutup matanya.

"Sayang," panggil Gian kemudian.

"Hmm?"

"Sudah lama sejak aku tidak sebahagia ini," lirih laki-laki itu.

"Kapan terakhirnya?" Tanya Momo penasaran.

"Sebelum aku memasuki rumah besar itu," lirih Gian sambil menyelipkan tangannya ke belakang pinggang gadis itu, lalu memeluknya erat.

"Bahagia banget yah sekarang?" Tanya Momo sambil mengelus rambut laki-laki itu.

Gian mengangguk, "Sampai rasanya aku ingin hidup seratus tahun lagi."

"Seratus tahun? Apa yang akan kamu lakukan selama itu?" Kekeh Momo.

"Memeluk kamu seperti ini," jawab Gian.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Where stories live. Discover now