Chapter 61

54 20 50
                                    

Sorak sorai penonton membuncah ketenangan malam di himalaya grand hall, gedung itu sekarang penuh sesak oleh orang-orang yang akan menyaksikan penampilan perdana Phantom, setelah album debut mereka yang sudah dirilis seminggu yang lalu pecah di pa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorak sorai penonton membuncah ketenangan malam di himalaya grand hall, gedung itu sekarang penuh sesak oleh orang-orang yang akan menyaksikan penampilan perdana Phantom, setelah album debut mereka yang sudah dirilis seminggu yang lalu pecah di pasaran, dan tengah hangat-hangatnya diperbincangkan.

Dari kejauhan, lautan manusia itu terlihat seperti ribuan kunang-kunang, karena hanya light stick yang mereka genggam saja yang bercahaya di tengah kegelapan, yang membuat bulu kuduk merinding menyaksikan pijaran cahaya berbentuk hantu yang tersebar memenuhi himalaya itu.

Di backstage, Avian dan semua member Phantom terlihat cemas, karena sebentar lagi mereka akan tampil, namun Gian belum juga terlihat. Laki-laki itu bahkan sudah menghilang lebih dari 24 jam. Awalnya penampilan perdana Phantom akan dibatalkan, namun Momo meyakinkan bahwa Gian pasti datang, akhirnya member Phantom tetap mempersiapkan diri meski dengan personil yang tidak lengkap.

Avian masih fokus dengan ponselnya, mencoba terus menghubungi Gian, meski ia sudah setengah putus asa. Sedangkan member Phantom yang lain sudah bepakaian lengkap, siap untuk menggoncang himalaya di malam yang cerah ini. Namun, kekhawatiran tampak jelas dari air muka mereka semua, takut jika Gian tidak datang dan konser mendadak dibatalkan, pasti semua penggemar mereka yang sudah berharap penuh itu akan kecewa.

Momo masih diam membisu di sudut backstage, gadis itu mengepalkan kuat tangannya sambil terus meyakinkan diri, jika Gian tidak akan mengecewakan semua orang di sini, ia yakin laki-laki itu akan datang, karena dari info yang ia dapat dari Samuel, Gian sudah cukup sehat untuk tetap tampil di himalaya malam ini.

"Mo," panggil Leon, laki-laki itu berjalan mendekat.

Momo menoleh, lalu mengangkat kedua alisnya, isyarat bertanya, apa yang Leon inginkan?

"Lo tahu di mana Gian?" Tanya laki-laki itu curiga.

Momo menggelengkan kepalanya dengan berat, lalu mengalihkan matanya dari mata Leon, takut jika laki-laki itu bisa membongkar kebohongannya lewat sorot mata.

"Tapi kok lo yakin banget kalau Gian pasti datang?" Leon kembali bertanya.

Momo mengangguk, "Karena dia Gian, makanya gue percaya."

"Maksud lo?"

"Meski pun Gian sering bikin masalah, tapi dia leader yang bertanggung jawab, apalagi menyangkut Phantom, gue yakin dia akan datang dan nggak akan mengecewakan siapa pun," ujar Momo penuh keyakinan.

Leon mendengkus, lantas laki-laki itu menyapu wajahnya dengan telapak tangan.

"Tapi yang bikin gue lebih khawatir, dia ke mana? Kenapa tiba-tiba menghilang?" lirih Leon sambil mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi yang disediakan.

"Maaf gue telat."

Ucapan itu memancing semua mata menatap ke arah pintu masuk, di sana sudah berdiri Gian dengan napas sedikit terengah. Laki-laki itu sudah berpakaian lengkap, yang membuat semua orang menatap heran.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang