Chapter 53

54 18 21
                                    

Momo membalas pelukan Gian, melingkari tangannya di pinggang laki-laki itu, lalu membenamkan kepalanya di ceruk leher Gian, sambil menghirup aroma laki-laki itu dalam dengan mata terpejam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Momo membalas pelukan Gian, melingkari tangannya di pinggang laki-laki itu, lalu membenamkan kepalanya di ceruk leher Gian, sambil menghirup aroma laki-laki itu dalam dengan mata terpejam.

"Selama ada lo, nggak ada yang perlu gue khawatirkan," ujar Momo.

Gian kemudian mengecup puncak kepala gadisnya itu lembut, meski ia tidak bisa meneriakkan kepada dunia jika gadis bodoh ini sekarang adalah miliknya, tapi ia berjanji akan memberikan seluruh dunianya kepada gadis itu.

Saking bodohnya, bahkan Momo menyetujui untuk bersamanya di dalam rumah hantu, tentu itu tidak romantis sama sekali, tapi Gian tidak peduli, di mana pun terserah saja, yang penting sekarang gadis itu miliknya.

"Aakhhh! Afan! Chio! Ada yang megang kaki gue!" teriak Leon saat tidak sengaja ia melihat Gian dan Momo berpelukan di depan sana.

Teriakan Leon itu membuat Gian dan Momo refleks segera melepaskan pelukan mereka, lantas bertingkah gugup. Entah sejak kapan member Phantom yang lainnya itu tiba-tiba saja muncul dari arah belakang, padahal merekalah yang lebih dulu masuk ke rumah hantu ini.

Afan dan Chio yang mendengar teriakan itu lantas menoleh terkejut.

"Lo bilang nggak penakut!" teriak Afan kesal.

Leon tertawa sumbang, "Gue kaget karena tiba-tiba kaki gue dipegang tuh bocah," tunjuk Leon pada tuyul yang bahkan tidak tahu apa-apa.

Chio terperanjat kaget saat melihat tuyul yang ditunjuk Leon itu.

"Lo juga! Ngapain nakutin orang sih!? Nggak punya kerjaan banget," teriaknya pada anak yang memakai kostum tuyul itu.

"Itu pekerjaan saya om, nakutin orang," ujar tuyul itu membela dirinya.

"Eh! Berani ngejawab orang dewasa lo yah bocah!" teriak Chio makin emosi.

"Orang dewasa mana ada yang bego om," jawab anak itu lagi.

Afan dan Leon terkekeh mendengar jawaban anak itu, yang membuat Chio mengerutkan hidungnya semakin naik pitam.

Plak!

Lantas ia menepuk kepala tuyul itu, "Om om pala lo! Gue nggak setua itu!" teriaknya arogan.

"Mwaaaaa!" Anak itu lantas menangis dengan sangat keras, yang membuat Chio terkejut dengan raut pasi.

"Woi! Kalian apakan anak saya?" Teriak buto ijo yang tiba-tiba datang entah dari mana.

"Eh? Sejak kapan buto ijo anaknya tuyul?" Ujar Afan yang membuat Leon menginjak kaki laki-laki itu untuk menyuruhnya diam.

"Siapa yang bikin anak saya menangis?" tanya buto ijo berbadan kekar itu sambil menatap mereka semua nyalang.

"Dia pak!" ujar mereka serentak.

Chio menunjuk Afan, sedangkan Afan malah menunjuk Leon, dan Leon menunjuk Chio, mereka bertiga saling melempar kesalahan.

"Ooh, jadi kalian bertiga yang bikin anak saya menangis!?" teriak buto ijo itu sambil mengangkat balok kayu yang sejak tadi ia pegang.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Where stories live. Discover now