Chapter 48

43 20 23
                                    

Chio mengacak rambutnya frustrasi, bagaimana mungkin agensi juga membatasi masalah rokok dan pmo? Padahal hal itu merupakan suatu kebutuhan bagi pria dewasa normal sepertinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chio mengacak rambutnya frustrasi, bagaimana mungkin agensi juga membatasi masalah rokok dan pmo? Padahal hal itu merupakan suatu kebutuhan bagi pria dewasa normal sepertinya.

"Kenapa Chio? Lo keberatan?" tanya Avian saat melihat reaksi laki-laki itu.

Chio menoleh ragu, lantas mengalihkan pandangannya ke arah Momo yang juga tengah menatapnya dalam. Momo tahu Chio sangat keberatan, apalagi setelah ia memergoki laki-laki itu bersama kotak rokoknya.

"Sampai ke pmo juga Mas?" tanya laki-laki itu akhirnya.

Tawa Afan menyembur ke luar, namun dengan cepat laki-laki itu kembali menutup rapat mulutnya dengan telapak tangan, sebelum Avian menatapnya garang.

Kening Avian berkerut, ia lalu menatap Chio atas pertanyaan yang baru saja laki-laki itu lontarkan.

"Bukannya udah jelas?" tanya balik Avian.

"Tapi__"

"Nggak ada tapi tapi Chio. Pmo ngerusak otak lo, ngilangin aura lo, dan lebih parah bikin produktifitas lo menurun. Kalau lo mau jadi idol sukses, jauhi pmo! Ngerti?" jelas Avian panjang lebar.

Chio tertunduk lesu, "Iya Mas."

"Nggak iya iya doang! Gue mau lo ngebuang semua majalah nggak penting lo itu."

Chio menoleh terkejut, bagaimana Avian tahu tentang semua majalah dewasa koleksinya itu? Lantas laki-laki itu menoleh curiga pada Afan, yang disambut Afan dengan gelengan dan kibasan tangan, untuk menjawab kecurigaan Chio, jika bukan dia yang melaporkan.

"Percuma nyembunyiin sesuatu dari gue, gue juga bakal tahu," lanjut Avian.

Chio menghela berat, lantas menunduk dalam, mengakui kekalahannya. Seperti biasa, menejer Phantom itu selalu lebih dulu selangkah.

"Dan lo Gian, nggak ada lagi ceritanya ke club malam, ini peringatan terakhir buat lo, paham!?" ujar Avian mengingatkan, karena laki-laki bermata almond itu biasanya yang paling sering melanggar aturan.

"Ya," jawab Gian singkat.

"Ngomong-ngomong, lo nggak lagi ngejalin hubungan sama seseorang kan?" tanya Avian sambil melirik Momo sekilas, lalu kembali menatap Gian.

Melihat itu, perasaan Momo berubah tidak karuan, debaran jantungnya bahkan terdengar oleh telinganya sendiri, lirikan Avian kearahnya itu seakan memberi peringatan.

Laki-laki itu sepertinya mulai mengendus kedekatan Momo dan Gian akhir-akhir ini, meski sebenarnya Momo dan Gian tidak punya hubungan apa-apa, namun gadis itu tidak menampik, bahwa perasaanya mulai tumbuh untuk Gian.

"Menurut Mas?" Gian malah balik bertanya.

"Kalau gue tahu, gue nggak akan nanya."

"Kalau Mas udah nanya gini, pasti udah nyari tahu dan mungkin udah punya buktinya juga kan?"

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang