Chapter 29

82 28 2
                                    

Raungan knalpot mobil sport berwarna merah, terdengar menggelegar memasuki gerbang rumah mewah bertingkat tiga dengan nuansa putih layaknya istana negara itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raungan knalpot mobil sport berwarna merah, terdengar menggelegar memasuki gerbang rumah mewah bertingkat tiga dengan nuansa putih layaknya istana negara itu.

Samuel menganggukan kepalanya mengikuti irama dari lagu Rolling Stone yang terdengar samar dari Mp3 Player mobilnya, mengiringi laju mobil itu menuju halaman depan rumah bergaya Mediterania yang tidak jauh di depannya.

Jarak dari gerbang ke rumah itu, agaknya sekitar seratus meter, bayangkan betapa luasnya pekarangannya. Bahkan saking luasnya, sepertinya bisa dijadikan sebagai lokasi untuk mendirikan pasar malam.

Di jalan dari gerbang menuju rumah, berjejer pohon palem berjarak-jarak satu meter, jika dihitung, terdapat sekitar seratus pohon palem yang tersusun rapi disepanjang pinggir jalan.

Di tengah-tengah halaman yang luas itu, ada air mancur dengan patung Dewi Salus, yang merupakan simbol  kesejahteraan bagi bangsa Romawi. Patung Dewi Salus tersebut berdiri di tengah-tengahnya dan dari bawah kaki pantung Dewi itu, keluar air mancur yang saat disinari panas matahari akan tampak berkilauan.

Pekarangan itu juga dipenuhi rumput jepang yang tampak hijau sejauh mata memandang, juga ada puluhan lampu taman yang akan menyala dengan sendirinya saat langit sudah beranjak gelap, karena semua lampu itu menggunakan sensor cahaya.

Mobil berhenti tepat di teras rumah, Samuel bergegas turun dan langsung masuk dengan setengah berlari, namun langkahnya terhenti oleh suara berat seorang laki-laki paruh baya.

"Tumben pulang," ujar laki-laki itu.

Samuel menoleh, dan mendapati Alexander Adiwiyata tengah berdiri menatapnya.

"Apa kabar Pi?" tanya Samuel sambil berjalan mendekat.

"Seperti yang kamu lihat," ujar pemilik Adiwiyata Group itu sambil berjalan menuju ruang makan.

"Mami mana Pi?" tanya Samuel, karena netranya tidak melihat sosok perempuan yang dipanggilnya dengan sebutan Mami itu.

"Ada di kamar, sebentar lagi juga turun."

Samuel mengangguk, lalu ikut duduk di meja makan mewah dengan ukiran emas di setiap sudutnya, ada dua belas kursi mengitari meja makan persegi panjang itu, meskipun yang biasanya makan di sana hanya papi dan maminya saja.

Asisten rumah tangga dengan baju seragam berwarna hitam putih, satu persatu memasuki ruang makan dengan beberapa jenis makanan di troli yang mereka dorong, aroma sedap dari asap yang mengepul pada masakan memenuhi seisi ruangan.

Setelah semua makanan terhidang di atas meja, asisten rumah tangga yang tadinya menghidangkan makanan itu, sekarang berdiri berjejer di samping meja makan, dan tetap berdiri di sana sampai tuan rumah selesai menyantap hidangan mereka.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang