Chapter 32

66 26 2
                                    

Gian terduduk lemas di atas closet yang tertutup, keringatnya mengalir deras di sekujur tubuhnya, pupil matanya mengecil, tangannya yang bergetar hebat berpegang pada dinding kaca di sampingnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gian terduduk lemas di atas closet yang tertutup, keringatnya mengalir deras di sekujur tubuhnya, pupil matanya mengecil, tangannya yang bergetar hebat berpegang pada dinding kaca di sampingnya. Dengan napas yang masih sesak, laki-laki itu mencoba meraih kantong jeansnya untuk meraih botol obatnya.

Dengan tangan bergetar, Gian mencoba mengeluarkan dua butir obat dari dalam botol perlahan, namun saat dua butir obat sudah di genggamannya, botol obat itu terjatuh, yang membuat semua isinya berhamburan ke luar, dan berserakan di lantai toilet.

Gian tidak peduli, yang ia lakukan hanya menelan dua butir obat yang sempat ia keluarkan sebelum botol obatnya itu terjatuh. Perlahan laki-laki itu mengatur napasnya, ia sudah menduga reaksi tubuhnya akan seperti ini saat menginjakkan kakinya di rumah ini, rumah yang penuh akan trauma masa lalunya. Bahkan, setiap jengkal dari sudutnya, menghujami jantungnya tanpa ampun, dan itu sangat menyakitkan.

"Buset, toiletnya bahkan lebih besar dari kamar gue."

Saat Gian masih mencoba menenangkan dirinya, suara seorang perempuan membuat alisnya berkerut, ia tahu betul siapa pemilik suara itu, namun tubuhnya terlalu sakit untuk digerakkan. Keringat membanjiri pakaian formal yang melekat di tubuhnya, wajahnya memucat dan detakan di jantungnya semakin tidak terkendali.

Ia hanya bisa diam tak bergerak, pasrah dengan reaksi tubuh yang menyakitinya itu, bersandar pada dinding kaca di ruang persegi yang sekarang tertutup tirai itu dengan air mata yang perlahan jatuh dari ekor matanya.

"Closet nya mana sih?" keluh Momo yang masih menahan pipisnya.

Gian susah payah membuka matanya, mempertahankan kesadarannya yang semakin tipis, ia lantas menunduk menatap closet yang sekarang tengah didudukinya, dan mencoba menjangkau pintu yang tidak jauh darinya, namun tubuhnya terlalu lemah, laki-laki itu bahkan hanya bisa menjerit dalam hati meminta Momo untuk segera menemukannya.

"Ada orang di dalam!?"

Tok!

Tok!

Tok!

Momo memukuli dinding kaca yang tertutup tirai hitam itu, karena tidak ada jawaban, gadis itu nekat membuka pintu itu perlahan. Setelah pintu terbuka, netranya langsung membulat tajam, saat menemukan Gian tengah terduduk hampir tidak sadarkan diri di atas closet, di kakinya ada botol obat yang telah kosong, karena isinya sudah bertaburan di lantai.

Gian menatap Momo susah payah dengan air mata yang mengalir dari kedua ekor matanya, mata yang biasanya dingin dan tidak bersahabat itu kini terlihat kesakitan dan meminta pertolongan.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Where stories live. Discover now