Chapter 59

46 21 73
                                    

Derap langkah terdengar tergesah di sepanjang lobby apartement Nusa Kembang yang merupakan tempat tinggal member Phantom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derap langkah terdengar tergesah di sepanjang lobby apartement Nusa Kembang yang merupakan tempat tinggal member Phantom. Momo dengan balutan dress hitam yang belum sempat ia ganti masih terus mencoba menghubungi Gian, namun nihil, ponsel laki-laki itu benar-benar tidak bisa dihubungi.

Dengan gurat panik, gadis itu mencoba untuk tetap tenang, meski debur jantungnya tidak bisa didustakan, ia takut jika terjadi apa-apa dengan laki-laki itu, takut jika Gian demam tinggi dan tidak sadarkan diri seperti yang dialami laki-laki itu sebelumnya.

Momo kian mempercepat langkahnya, merasa putus asa dengan ponselnya, ia kembali memasukkan benda itu kasar ke dalam tas sandangnya, lalu melesat masuk ke lift yang tidak jauh di depan sana.

Lift itu penuh sesak oleh orang-orang, Momo mencengkram tangannya kuat, keringat memenuhi keningnya, mata gadis itu menatap penuh harap pada angka yang terus naik di bagian atas lift, berharap lift itu segera sampai di lantai tempat apartement Phantom berada.

Ting!

Bunyi itu terdengar beriringan dengan terbukanya pintu lift, tanpa menunggu lagi, Momo menerobos melewati orang-orang di lift itu, lantas dengan setengah berlari berhamburan ke luar menuju pintu apartement yang berada tidak jauh di depan lift. 

Jemari lentik gadis itu menggigil tatkala menekan pasword pintu, saat pintu terbuka, ia langsung masuk dengan tergesah.

"Gian!" Pekik Momo sambil menelusuri setiap sudut apartement.

Namun tak ada jawaban dari laki-laki itu, yang membuat Momo semakin bingung dan panik. Mata gadis itu menyapu ruang tengah, hening dan kosong, tidak ada siapa pun, lantas ia meneruskan langkahnya ke kamar Gian, berharap laki-laki itu tengah tidur di sana.

Pintu terbuka, hidung Momo langsung disambut aroma khas Gian yang tercium amat pekat, namun anehnya laki-laki itu tidak ada di sana, bahkan kasur di ranjangnya tidak berantakan sama sekali.

"Gian!?" panggil Momo lagi.

Berharap mendapat sahutan dari laki-laki itu, namun nihil. Lagi-lagi hanya keheningan yang didapat Momo. Gadis itu meneruskan langkahnya, masuk lebih dalam, dan sesuatu yang berserakan di bawah lemari Gian menarik penuh atensi Momo.

Netra gadis itu menatap nyalang pada pintu lemari yang terbuka, beberapa helai pakaian berserakan di bawahnya, botol obat Gian juga tergeletak di sana dengan isi yang berserakan ke mana-mana.

Dengan napas memburu dan keringat yang menyucur deras dari pelipisnya, gadis itu berjongkok mengambil sebutir obat Gian, lalu menatap obat itu nanar.

"Apa yang terjadi, Gi?" desisnya.

Setelahnya, gadis itu berlari ke luar kamar, bergerak menuju dapur, namun tempat itu juga tenang dan kosong. Momo menarik rambutnya frutrasi, lalu menghela napas yang terasa semakin menyempit.

"Gian!" teriaknya lagi sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling dapur, berharap laki-laki itu muncul dari salah satu sudutnya.

Namun masih tidak ada sahutan, Momo menarik salah satu kursi di meja makan, lalu mendudukkan tubuhnya yang mulai terasa pening. Matanya menatap liar ke sekeliling, sampai netranya tiba di pintu kamar mandi yang sedikit terbuka.

Mercusuar di Tengah Laut (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang