:: Bab XI ::

325 44 1
                                    

Kedatangan 2 orang baru di tingkat C-Level Wara Hotel & Resort Management tentu saja menciptakan cukup banyak kegaduhan di kalangan staff. Kabar burung bermunculan mengenai kedua orang itu. Salah dua yang paling sering terdengar adalah CEO baru yang memanfaatkan kekuatan sang ayah untuk menduduki jabatan tersebut dan CSO baru yang katanya setampan aktor papan atas.

2 orang yang menjadi topik pembicaraan hangat tersebut kini berjalan bersama rombongan eksekutif termasuk juga Putra selaku pemilik perusahaan. Mereka berkeliling untuk memperkenalkan diri kepada setiap divisi sebelum akhirnya diantarkan ke ruangan masing-masing.

Karena Mita datang lebih dulu kemarin, ia sudah tahu dimana ruang kerjanya berada. Ia meminta bantuan Ashraf untuk menyimpan hadiah yang diterimanya tadi pagi di dalam ruangannya.

"Apa itu?" tanya Putra saat melihat Ashraf membawa parsel buah dan buket bunga di tangannya. Pria itu baru saja menemani Bram ke ruang kerjanya yang nyatanya berada di satu lantai yang sama dengan Mita.

"Hadiah dari seseorang, Pah," jawab Mita singkat. Ia rasa tak perlu baginya menjelaskan terlalu banyak, terlebih sedang banyak orang di sekitar mereka.

Begitu Ashraf selesai, Mita langsung mengingatkan agenda mereka selanjutnya, "Ashraf, kamu bilang kamu akan menjelaskan profil perusahaan dan proyek-proyek yang sedang ditangani. Mungkin, kita bisa mulai sekarang?"

"Tentu. Mari. Ruang rapatnya ada di lantai 2."

Rombongan itu kemudian beranjak. Tapi, tidak dengan Bram yang menghentikan langkahnya sejenak tepat di depan ruangan Mita.

Berkat wood blind yang tidak dalam keadaan rapat, Bram bisa mengintip isi ruangan gadis itu. Sebuah buket dengan jenis bunga gladiol tergeletak di atas meja kerja Mita. Di sampingnya, terdapat pigura foto keluarga berukuran kecil.

Potret bahagia keluarga kecil Adiswara belasan tahun yang lalu.

Mimik wajah Bram tak dapat dibaca dengan mudah. Ia hanya menatap kedua benda di atas meja Mita itu dengan tatapan yang maknanya sukar dimengerti.

...

Mita dan Bram duduk berhadapan di ruang rapat sementara Ashraf tengah memaparkan profil perusahaan serta proyek-proyek baru yang tengah dijalankan. Putra Adiswara mengawasi jalannya 'masa orientasi' itu tanpa sedikitpun melepas pandangan dari Mita dan juga Bram selaku peserta.

"Dikarenakan adanya rencana pengembangan terhadap Senja Resort di beberapa wilayah yang memiliki potensi daya tarik wisata, maka perlu adanya pembaharuan terhadap merk tersebut dengan menghapus kata 'Sanur' di belakangnya. Pembaharuan ini menjadi salah satu proyek yang akan dijalankan oleh Wara Hotel & Resort Management tahun ini."

Ashraf menjelaskan di saat bersamaan dengan slide presentasinya yang berganti, "Selain itu, untuk menyokong perkembangan ekonomi dan bisnis yang semakin pesat seiring dengan meningkatnya ekspor-impor serta kedatangan pekerja asing di beberapa provinsi, Wara Hotel & Resort Management juga tengah mencanangkan pembangunan cabang-cabang baru Royal Crown Hotel yang bersertifikat bintang 5 dengan harapan bisa membantu perkembangan ekonomi dan bisnis itu sendiri."

"Lalu, bagaimana dengan Dandelions Hotel?" Pertanyaan itu datang dari Mita yang baru selesai membaca penjelasan pada print-out slide. "Di sini tertulis bahwa Dandelions Hotel menjadi satu-satunya properti hotel milik perusahaan yang tidak pernah mencapai okupansi di atas 50 persen meski di high season sekalipun. Kenapa bisa begitu?"

"Ada berbagai faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, baik itu faktor internal maupun eksternal. Semenjak tragedi pengebom-an yang pernah terjadi di Dandelions Hotel 5 tahun yang lalu, kepercayaan tamu terhadap sistem keamanan di sana terus menurun. Hal ini kemudian menjadi faktor eksternal mengapa okupansi tidak pernah mencapai lebih dari 50 persen dan berdampak pada revenue hotel.

4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz