:: Bab XXXIX ::

333 37 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Nampaknya, istri anda memaksakan diri untuk makan makanan pedas padahal dirinya punya maag akut. Saya sudah resepkan beberapa obat dan untuk saat ini, biarkan cairan infusnya habis dulu karena istri anda kekurangan cukup banyak cairan. Tolong jaga istri anda dengan baik, ya."

Suara pintu yang tertutup memantik kesadaran Mita. Ia membuka matanya secara perlahan kendati kepalanya terasa sangat berat. Dengan visual yang buram, ia mengedarkan pandangan. Dan berhasil menemukan punggung seseorang yang menghilang seiring dengan pintu yang tertutup.

Tak lama kemudian, orang itu kembali. Setengah sadar, Mita melihat orang itu berdiri sejenak di ambang pintu, mengawasinya dari kejauhan. Lalu dia mendekat selama beberapa saat dan berbalik, hendak kembali pergi.

Beruntung, Mita sempat menahan orang itu meski dengan hanya meraih jari kelingkingnya. Mita yang masih lemas berusaha bangkit.

Tapi, suara orang itu mencegahnya. Lengkap dengan dorongan pelan agar ia kembali berbaring.

"Dokter bilang kamu harus istirahat. Jangan banyak bergerak dulu."

Suara yang cukup familiar itu tertangkap oleh gendang telinga Mita seiring dengan adanya pergerakan di sisi tepi ranjang. Orang itu duduk tepat di sampingnya.

Mita terus mencoba mencaritahu tapi wajah orang itu masih saja terlihat buram di matanya. Belum lagi dengan pencahayaan kamar yang temaram. Dirinya hanya mampu mengandalkan lampu tidur yang ada di atas kabinet yang bahkan tak cukup membantunya.

Anehnya, Mita merasa aman sekaligus nyaman meski hanya menggenggam jari kelingking orang itu. Hal tersebut membuatnya menggumam secara tanpa sadar.

"Temenin... Mita takut."

Hingga akhirnya Mita kembali terlelap. Ditarik kembali oleh alam bawah sadarnya dengan tangan yang menggenggam erat jari kelingking orang itu. Membiarkan orang itu duduk di tepi ranjang, setia menemaninya tanpa banyak bicara.

...

Dengan membawa paper bag bergambar logo toko roti terkenal, Juan menaiki lift dan menekan tombol angka '2'. Tak butuh waktu lama untuk pria itu sampai di tempat tujuan.

Langkah mantap membawanya menuju sebuah ruangan. Ia disambut oleh seorang gadis dengan rambut tercepol rapi yang langsung menyapanya hangat.

"Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa dibantu?"

"Saya Juan, mau bertemu Bu Mita. Apakah Bu Mita-nya ada di dalam?"

"Mohon maaf, Pak. Tapi, hari ini Bu Mita berhalangan hadir karena sedang sakit. Jika berkenan, Bapak bisa tinggalkan pesan yang nanti akan saya bantu sampaikan kepada Bu Mita ketika Bu Mita sudah bisa kembali ke kantor."

Cemas memayungi raut wajah Juan, "Mita sakit?"

Kecemasannya itu lantas meningkat karena gadis di hadapannya mengangguk yakin. Juan pun diam sebentar, memikirkan langkah apa yang harus ia ambil.

4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang