:: Bab XL ::

343 43 2
                                    

Secara teliti, Mita mengawasi segala persiapan untuk launching party konsep baru Dandelions Hotel yang akan digelar besok. Ditemani oleh Juan, mereka mengelilingi excecutive lounge yang berada di rooftop hotel.

"Kamu benar-benar udah sehat?"

"Kalau gak, aku gak mungkin di sini, kan, sama Kak Juan." Mita pun mendecak sebal, "Aku hitung-hitung, udah 5x Kak Juan nanyain pertanyaan yang sama, loh."

Juan tampak menyesal. Ia mengangguk kemudian. "Kamu harus lebih menjaga kesehatan kamu, Mit."

"Aku tahu, Kak. Terima kasih udah ngingetin."

Keduanya kemudian beristirahat di area balkon dengan lantai kaca. Memanjakan mata dengan pemandangan kota dari lantai teratas Dandelions Hotel.

"Apa... suami kamu menjaga kamu dengan baik kemarin?" tanya Juan, secara tiba-tiba. Alhasil, Mita menoleh padanya dengan kening berkerut. Sebelum akhirnya mengiyakan, ditemani senyum kecil yang menggambarkan kebahagiaan di sana.

"Dia menjaga aku dengan sangat baik."

"S-syukurlah." Juan mengalihkan pandangannya. Ia enggan melihat bagaimana wajah tersipu Mita sekarang setelah mereka membahas sang suami. Menghindari kekecewaan semakin dalam memasuki hatinya.

Lantas, keduanya sama-sama terdiam. Menikmati angin kencang yang menyejukkan suasana kendati matahari sedang terik-teriknya.

Langit yang biru dengan gumpalan awan putih bersih terlihat begitu indah di mata Mita. Gadis itu sangat fokus dengan pemandangan langit di hadapannya, setidaknya sampai ia mendengar sorak sorai dari jalanan di bawah sana.

"BERIKAN KAMI KOMPENSASI! BERIKAN KAMI KOMPENSASI! BERIKAN KAMI KOMPENSASI!"

Itu adalah pawai dari segerombolan orang yang membawa beberapa poster tulisan tangan yang melangkah bersama di pinggir jalan. Yang menarik perhatian Mita ialah potret wajah sang Papa di salah satu poster yang dibawa gerombolan tersebut.

"BERIKAN KAMI KOMPENSASI! BERIKAN KAMI KOMPENSASI! 4 MILIAR ITU ADALAH HAK KAMI!"

Mita terdiam, mencoba memahami apa yang diteriakkan oleh orang-orang itu. Keingintahuan yang besar pun membawa Mita untuk bergegas turun menggunakan lift.

Ia bahkan tak berpamitan pada Juan. Sehingga pria itu tak sempat mengejarnya.

Begitu lift terbuka, Mita segera berlari keluar. Sepatu hak tinggi yang ia kenakan tak membuatnya terganggu. Ia harus mencari jawaban dari rombongan tersebut sebelum mereka semakin jauh.

Sayangnya, keingintahuan Mita tak bisa terjawab segera karena dirinya dihadang oleh seseorang yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Mereka pun bertubrukan. Mita bahkan hampir terjungkal tapi orang itu dengan sigap menahan kedua lengannya.

"Sasmita, apa yang kamu lakukan?"

"Bram..."

Mita tak mengindahkan pertanyaan Bram. Tatapannya pun tak terfokus pada pria itu. Ia terus melihat keluar, mencari kemana arah rombongan tersebut pergi.

"Apa yang kamu cari?" Bram kembali bertanya.

"I-itu...- saya harus mengejar mereka."

"Mereka siapa?" Bram mengikuti arah pandangan Mita. Tapi, ia tak menemukan apa-apa kecuali kendaraan yang berlalu-lalang di jalan besar.

"Ada rombongan, yang sepertinya sedang pawai dan mereka membawa poster wajah Papa saya," jelas Mita dengan cepat.

Mita berusaha melepaskan diri dari Bram, tapi pria itu tetap tidak membiarkannya pergi.

4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]Where stories live. Discover now