Tanpa Judul IV

504 87 27
                                    









Sehun terbangun dari tidurnya dengan gelagapan keringat dingin membasahi wajah putihnya, tangannya yang gemetaran meraih gelas berisi air putih yang berada dinakas.

"Mimpi itu lagi" Gumamnya memijat pelipisnya, sudah hampir 8 tahun tapi terkadang mimpi itu masih datang dan membuat rasa rindu itu kembali muncul.

"Bagaimana keadannya ya?" Gumamnya pelan lalu menekan dadanya yang tiba-tiba terasa sesak sekali dan air mata akhirnya tak bisa ia bendung, dirinya terisak menenggelamkan wajahnya dilutut, setiap kali mimpi itu datang dirinya akan menangis seperti ini, entah sampai kapan mungkin seumur hidupnya dia akan selalu dihantui dengan perasaan seperti ini, tapi waktu itu dirinya masih terlalu muda untuk mengambil pilihan yang seharusnya memang tidak ia pilih.

Saat itu Sehun yang baru lulus SHS tengah kesusahan mencari pekerjaan karena dirinya yang hanya lulus SHS jadi pekerjaan yang ia dapatkan juga hanya bisa memberinya gaji yang cukup untuk makan setiap harinya padahal dia masih mempunyai tanggungan untuk melunasi tanah dimana rumahnya berdiri, tuan tanah sudah beberapa kali mendatanginya agar cepat melunasinya karena temponya seharusnya sudah berakhir saat dirinya lulus JHS, tapi dia masih berbaik hati karena menurutnya Sehun masih terlalu muda untuk menanggungnya jadi dia menunggu Sehun lulus SHS dan kembali menagihnya.

Setelah pulang kerja paruh waktunya Sehun memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu daripada langsung pulang, pikirannya tengah gundah jadi dia ingin mencari udara segar siapa tau dia bisa tenang.

Sehun menghentikan langkahnya saat dua buah mobil berhenti disampingnya dan beberapa orang turun dari mobil tersebut, membuatnya merapatkan tudung hoodienya.

"Dia laki-laki tuanku"

"Berikan saja siapa tau dia mempunyai sanak saudara yang bisa" Suara itu terdengar begitu berat dan menusuk, Sehun mencoba melongok kecelah pintu mobil yang sedikit terbuka dan langsung terkesiap saat matanya bertemu pandang dengan mata tajam yang langsung menghujamnya dia dengan tergagap langsung mengalihkan pandangannya, perasaan takut tiba-tiba memenuhi hatinya.

"Ambilah" Sehun dengan gemetar mengambil selembar kertas yang disodorkan lelaki berbadan besar tersebut setelah Sehun menerimanya gerombolan itu segera pergi darisana meninggalkan Sehun yang masih kebingungan dibacanya dengan teliti lembaran kertas tersebut.

"Surrogate mother? 500 juta won?" Suaranya terdengar memekik saat membaca nominal yang tertera dalam kertas tersebut.

"Tapi apa itu surrogate mother?" Sehun mengeluarkan ponselnya lalu segera mencari tentang apa yang dimaksud dengan kata asing itu, matanya membelalak saat membaca apa yang tertulis dalam keterangan itu, dirinya menghela nafasnya pelan lalu melipat kertas tersebut dan menyimpannya dalam saku hoodie yang dikenakannya lalu melanjutkan acara jalan malamnya dengan fikiran yang entah kemana.

"Maafkan aku Sehun-ah tapi bibi benar-benar sudah tidak bisa membiarkanmu tinggal disini, tanah ini sudah akan dibangun tempat baru karena uang yang diberikan pada bibi juga sudah lunas, bibi sudah tidak mempunyai hak atas tanah ini maafkan aku, ini dulu adalah yang diberikan oleh orang tuamu untuk uang muka, bibi mengembalikannya mungkin kau bisa mencari tempat tinggal sementara dengan ini"

"Terimakasih bibi" Sehun memaksakan senyumnya harus dimana dia mencari tempat tinggal lalu kalau uangnya sudah habis apa dia masih bisa membayar sewa hanya dengan bermodalkan gaji dari pekerjaan paruh waktunya? .

Sehun memandang kamar kecil yang berhasil ia sewa itu, apa dia akan terus seperti ini, apa hidupnya akan hidup seperti ini selamanya, luntang-lantung dan bekerja paruh waktu terus menerus untuk bertahan hidup.

Kumpulan OneShot Dan Cerita PendekWhere stories live. Discover now