LIMA TUJUH

156 13 2
                                    

aroha,i'm back,,

kita lanjutin kisah ini lagi yuk..!!

buat yang belum follow, follow dulu ya guys.

happy reading,

***


Libur semester dimulai, sebagian besar pelajar tengah menikmati hari-hari mereka dengan bersantai seharian, bekerja paruh waktu, atau berkumpul bersama keluarga dirumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Libur semester dimulai, sebagian besar pelajar tengah menikmati hari-hari mereka dengan bersantai seharian, bekerja paruh waktu, atau berkumpul bersama keluarga dirumah.

Dari banyaknya pelajar dimuka bumi ini yang tengah menikmati waktu libur mereka bersama keluarga dirumah, gama adalah salah satunya.

Pemuda itu tengah berdiri di ujung tangga sambil menggaruk tengkuknya, menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan setelah memutuskan pulang kerumah yang hampir tidak pernah dia kunjungi bahkan saat libur panjang semester berlangsung.

Gama melangkah menuruni tangga dan kembali berhenti pada undakan terakhir setelah mendengar suara percakapan dari meja makan.

"kamu panggil gama turun sana ma, kita makan bareng" perintah angga

"kamu yakin pa? pasti anak itu nolak lagi dan milih dianterin makanan kekamarnya atau makan diluar" jawab deva

"dicoba dulu sayang, kok kamu malah cuek gitu anaknya pulang.

Nanti dikira aku yang pengaruhin kamu buat cuek sama anak kita lho" omel angga, deva tersenyum lalu geleng-geleng kepala.

"iya ya? Jadi kayak aku yang jadi mak tirinya gama" deva tergelak dengan gurauannya sendiri.

"habis anak itu selalu ketus dan dingin sama kamu, aku kasihan sama kamu pah.

Tapi juga ngga bisa maksa gama buat nerima kamu, pasti berat buat dia buat lupain kejadian itu" kata deva dengan raut wajah sendu.

"aku nggak apa-apa sayang" angga menggenggam tangan deva sambil tersenyum lembut.

"namanya juga anak muda, suatu hari dia pasti bisa memahami ini semua.

Papa nggak masalah sama sikap gama, selama anak itu tumbuh menjadi orang baik dan nggak neko-neko itu aja udah cukup buat papa.

Paling enggak papa nggak merasa terlalu gagal sebagai orang tua" angga tersenyum lembut sambil membelai punggung tangan deva dengan ibu jarinya, sementara deva hanya menatap mata suaminya dengan mata berkaca-kaca.

"aku selalu berdoa kelak gama menyadari ketulusan kamu sayang, aku selalu merasa bersalah setiap lihat sikap gama sama kamu.

Aku ngerasa gagal jadi ibu yang baik buat gama, seolah aku nggak bisa mendidik anak untuk hormat sama orang tua" sesal deva.

ANNOYING,BUT I LOVE..Where stories live. Discover now