6

3.3K 303 33
                                    

Bisa ciuman sama kamu

*

"Yaudah, kan udah selesai," ujar Azizi sembari menepuk-nepuk pundak Adel dengan lembut. "Ga bakal ketemu dia lagi, kan?"

Adel tertawa karir. Tangannya meraih salah satu laci di meja kamar, membukanya dan mengambil sepucuk kertas dari dalam. Azizi menerima kertas itu, lalu membacanya dalam hati.

"Lo di kontrak?!"

Adel mengangguk sebelum menghela napasnya. Menerima nasib buruk yang membawanya untuk selalu bertemu dengan perempuan gila itu, Ashel.

Azizi membaca ulang surat kontrak itu, masih tak percaya dengan apa yang sudah ia baca barusan. "Kenapa ga lo tolak?" Tanyanya setelah yakin dengan apa yang ia baca, sembari menaruh kertas itu di atas meja.

"Bayarannya tinggi, Bu boss juga nyuruh ambil. bisa apa gue?"

Azizi mengangguk paham. Bisa apa mereka semua jika Gracia sudah bersabda, menyuruh mereka untuk menerima tugas yang ada.

"Kata gue sih lo semangat, ya!" Hibur Azizi, meski ia tahu sendiri bahwa hiburannya itu tidak berfungsi sama sekali. "Balik yuk, makan."

Adel mengangguk, lalu berdiri dari kursinya dan berjalan keluar dari kamar, diikuti Azizi yang mengekornya di belakang.

Kembali di dapur, hanya ada dua orang disana. Aldo dan Sello, mereka masih sibuk menyantap makan malam dengan lahap.

"Atin mana?" Tanya Azizi, ia menarik kursi dan mendudukkan pantatnya. "Di panggil Bu Boss," jawab Sello dengan mulut yang penuh.

"Laku banget si Atin, dari kemarin di panggil," cicit Adel, tangannya kembali meraih sendok yang ia banting di piring tadi.

"Gue kapan ya?" Monolog Aldo sembari mengunyah makanannya, membuat yang lain hanya tertawa.

"Takutnya mereka yang jagain lo, Do," celetuk Azizi, berhasil membuat sang adik kesal dengan ucapannya.

-


"Di kontrak?!"

Gracia mengangguk, ia menyerahkan sepucuk kertas berisi peraturan dan kesepakatan yang harus dilakukan jika Kathrina menerima kontrak tersebut.

"Sama siapa?" Tanya Kathrina, tangannya mengambil keras itu lalu membacanya dengan kening yang berkerut.

"Keluarga Samuel—"

"Atin terima Bu Boss!" Seru Kathrina. Ia menaruh kertas itu kembali, lalu mengambil bolpen yang ada di meja Gracia, dan menandatanganinya tanpa pikir panjang.

"Ga mau di baca-baca dulu? Nanti ada yang silap." Gracia memperingatkan, takut anaknya ini akan menyesal jika terikat kontrak dengan sebuah keluarga.

Kathrina menggelengkan kepala dengan mantap, merasa yakin bahwa pilihannya tidak akan membuat dirinya menyesal di kemudian hari. Terlebih, ia bisa bertemu kembali dengan gadis itu. Ah, rasanya Kathrina benar-benar ingin segera menyantapnya.

Gracia mengambil kertas kontrak itu, lalu membacanya. "Kamu cuma libur hari Sabtu dan Minggu, loh. Gapapa?" Tanya Gracia, sekali lagi ia ingin memastikan anaknya tidak akan menyesal.

PENGASUHWhere stories live. Discover now